F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-354: Bab 31 ~ Pembahasan Hadits Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Muaith

Audio ke-354: Bab 31 ~ Pembahasan Hadits Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Muaith
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-617
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 KAMIS, 01 Rabi'ul Awwal 1446 H / 05 September 2024 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/1-8ymruDGSwksU-_StXYn6UaxEA00ATEt/view?usp=sharing

Audio ke-354: Bab 31 Mengadakan Perdamaian di antara Umat Manusia ~ Pembahasan Hadits Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu'aith Radhiyallahu 'Anha


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِلِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ


Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita lanjutkan kajian kita.

وَعَنْ أُمِّ كُلْثُوْمٍ بِنْتِ عُقْبَةَ بْنِ أَبِيْ مُعَيْطٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ يَقُولُ : ❲ لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ ؛ فَيَنْمِي خَيْرًا ، أَوْ يَقُولُ خَيْرًا ❳ . ❊ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

- وَفِيْ رِوَايَةِ مُسْلِمٍ زِيَادَةٌ ، قَالَتْ : وَلَمْ أَسْمَعْهُ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُهُ النَّاسُ إِلَّا فِيْ ثَلَاثٍ - تَعْنِي : الحَرْبَ ، وَالإصْلَاحَ بَيْنَ النَّاسِ ، وَحَدِيثَ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ ، وَحَدِيثَ المَرْأَةِ زَوْجَهَا -.

Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'aith radhiyallahu 'anha, bahwa ia menuturkan, "Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan orang-orang yang bersengketa, lalu dia menyampaikan berita yang mengandung kebaikan atau menyatakan perkataan yang baik'."(Muttafaqun 'alaih)

Dalam riwayat Muslim terdapat tambahan, "Lalu dia (Ummu Kultsum) berkata, 'Aku tidak mendengar Beliau memberikan keringanan pada suatu kebohongan yang boleh dikatakan orang-orang, kecuali dalam tiga hal, yaitu di dalam peperangan, ketika mendamaikan beberapa orang yang berselisih, dan ucapan seorang suami kepada istrinya dan seorang istri kepada suaminya'."

Na'am. Ini berbincang tentang berdusta dalam memperbaiki orang yang bertikai.

Para ulama berbincang tentang dusta ini, apakah ini dusta benaran atau ungkapan yang multitafsir, ungkapan yang bisa dipahami dengan beberapa pemahaman. Ini terjadi khilaf di antara para ulama. Tapi mungkin pendapat yang lebih baik atau yang lebih kuat, kalau kita bisa enggak dusta, jangan dusta. Kita mengungkapkan ungkapan yang multitafsir tadi. Tapi kalau enggak, Kayaknya ana enggak bisa, harus bohong.. ya sudah, insyaaAllah itu enggak masalah.

Contohnya, ada A sama B ribut, enggak bertegur sapa. Lalu ana datang kepada A.
A gimana kabarmu, masyaaAllah, nih oleh-oleh dari B, dia minta maaf sama kamu. Dia sebutkan kebaikan-kebaikanmu. Memang apa yang terjadi ya sudah takdir Allah, dia ingin engkau memaafkan dia.

Haduh, enggak mungkin! Ini itu, macam-macam, kiriman dari B?!
Lalu kita datang ke B, kita beri sesuatu.
Ini kiriman dari si A. A kirim salam kepadamu.. ini itu macam-macam. Akhirnya dua orang ini, kan hadiah ini termasuk yang meluluhkan hati, lalu kita katakan, Kalau engkau enggak keberatan, cobalah WA (WhatsApp, -ed) si A.

A sudah dapat hadiah. Si B kita kasih hadiah juga dari si A. Kita minta dia untuk WA, untuk ngobrol. Tahu-tahu si A mengatakan, Makasih ya, jazaakallahu khairan.. Yang ini juga makasih.

Subhanallah ya.
Kita perbaiki dua orang yang bertikai dengan cara berdusta. Artinya kita dusta benaran, itu enggak masalah.

Berdasarkan hadits ini, ana katakan tadi ada dua pemahaman ulama, apakah itu dusta benaran atau itu ucapan yang multitafsir yang bisa dipahami A dan B atau C. Seperti ungkapan, Fulan sebenarnya ingin ketemu kamu, kalau kamu.., dalam hati, disebutkan oleh Syaikh bin Utsaimin, dalam hati kita mengatakan, kalau kamu orang baik dia kepengen ketemu, kalau kamu sudah benar, dia kepengen ketemu.
Tapi ucapan itu kita tidak ucapkan.

Maka hendaklah kita berusaha untuk memperbaiki orang yang bertikai dengan segala cara, sampai dusta pun diperbolehkan.

Kemudian di sini, Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mua'ith. Uqbah bin Abi Mua'ith ini termasuk yang suka mengganggu dan menyakiti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Dia dibunuh pada waktu perang Badar, ditebas lehernya. Tapi ternyata, putrinya seorang sahabat yang bertakwa kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Di riwayat Imam Muslim, Ummu Kultsum mengatakan bahwasanya, Aku enggak pernah mendengar, aku belum mendengar Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam memberikan keringanan dalam urusan obrolan, omongan ini, kecuali di tiga hal, yaitu:

1. Peperangan.
Jadi, ketika perang ini, umpamanya ditangkap salah satu pasukan umat Islam, lalu ditanya berapa jumlah pasukan umat Islam, di mana letak markas mereka, umpamanya, kadang kala terjadi seperti itu. Di situ kita boleh berbohong, dalam peperangan.

2. Memperbaiki dua orang yang bertikai atau orang-orang yang bertikai di antara mereka.

3. Berkaitan dengan Suami istri

❲ حَدِيثُ الرَّجُلِ اِمْرَأَتَهُ ❳

Suami istri nih, omongan yang terjadi antara suami istri. Kadang kala istri masak dan masakannya enggak enak, Jamaah. Suami boleh enggak ketika ditanya, Bang, gimana Bang, enak Bang? Padahal dia tahu enggak enak.
Ya Allah, masyaaAllah.. zein..! Ana enggak pernah makan kayak gini.
Enggak pernah makan yang enggak enak kayak gini, maksudnya dia. Tapi dia enggak sebutin.
Ana enggak pernah makan kayak gini. Baarakallahu fiik.
Macam-macamlah dia puji istrinya. Itu diperbolehkan.

Kadang kala istri tanya sama suami, Bang, abang cinta enggak sama aku, Bang?
Suami padahal enggak suka sama istrinya, umpamanya. Lalu suaminya mengatakan, Subhanallah, gimana aku enggak cinta sama engkau, engkau yang.. apa.. dipujilah, yang ini itu.. macam-macam. Istrinya tersipu-sipu dipuji, padahal bohong suaminya.

Atau istrinya sebaliknya, ditanya sama suaminya, Kamu masih suka enggak sama aku?
Bagaimana aku enggak suka sama Abang, setiap malam mimpinya selalu Abang...
Apalah.. obrolan-obrolan yang seperti itu.

Maka berkaitan dengan kebohongan ini, itu diperbolehkan antara suami istri.

Dan di masa Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, pernah terjadi seorang lelaki yang dikenal, bahwasanya wanita yang nikah sama dia, selalu gugat cerai, sehingga nama laki-laki ini jadi buruk.

Lalu dia ingin membersihkan namanya. Berangkatlah dia dengan seorang (bernama) Abdullah bin Abi Arqam, kalau enggak salah dibawa ke rumahnya. Dia ingin agar Abdullah ini menjadi saksi. Gimana sih istri dia? Bukan dia yang salah, bininya yang enggak benar. Dia ingin mengatakan itu.

Tanyalah Ibn Abi 'Udzroh, mengatakan kepada istrinya,

أَنْشُدُكِ اللهِ؟

Aku minta dengan nama Allah, engkau benci enggak sama aku?

Kata istrinya, Sudahlah, enggak usah ngomong itu! kata dia, macam-macam. Tetap maksa dia. Akhirnya kata istrinya, Iya, aku enggak suka sama kamu!
Kata suaminya, Gini nih istriku, gimana kita akan hidup harmonis kalau dia enggak suka sama aku, benci sama aku?!

Berangkatlah dia laporan kepada Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Maka dipanggillah istrinya. Lalu Umar mengatakan, Apakah engkau wanita yang terus terang mengatakan benci kepada suamimu?
Kata istrinya, Yaa Amirul Mukminin! Dia minta dengan nama Allah! Apakah boleh aku bohong?

Kata Umar bin Khattab,

اكْذِبِيْ

Enggak apa-apa engkau bohong dalam urusan pembicaraan, urusan merayu-merayu ini.

فَإِنَّ أَقَلَّ الْبُيُوْتِ الَّتِيْ تُبْنَى عَلَى الْحُبِّ

Umar mengatakan, Sesungguhnya sangat sedikit rumah yang dibangun di atas cinta.
Rumah tangga dibangun di atas cinta itu sedikit.

وَلَكِنَّ النَّاسَ يَتَعَامَلُوْنَ بِالْإِسْلَامِ وَالْإِحْسَانِ

Tapi orang-orang itu bermuamalah, bergaul di rumah tangga mereka berasaskan Islam; yang memerintahkan kita untuk berbuat baik, untuk tidak menzalimi, untuk menghargai. Karena itu, gitu lho!

Jadi banyak rumah tangga yang bertahan ini, mungkin cintanya sudah habis. Dulu, waktu pengantin baru masih cinta, sayang. Tapi dengan berjalannya waktu mungkin, yang ada rasa kasihan sajalah. Si istri juga mungkin melihat suaminya sudah tua, sudah enggak kayak dulu lagi. Tapi ya gimanalah, kasihan sama anak-anak kadang kala, kata istrinya. Suaminya juga kadang kala seperti itu.

Tapi ketika ngobrol urusan cinta, sayang, obral tuh cintamu kepada istrimu, dan obral cinta istri kepada suami. Tulis kata-kata cinta, Aku sayang sama kamu, padahal sudah bosan sama dia sebenarnya. Tapi semua itu diperbolehkan demi memperbaiki hubungan.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+