🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 14 Shafar 1446 H | 19 Agustus 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-81
https://drive.google.com/file/d/1k_EfRZz07NpiMCsOj6tLfCuTnQUUTV34/view?usp=sharingBab Sunnah-Sunnah Shalat (Bag. 10)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Masih bersama kajian kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.
Sunnah sunnah haiāt
Kali ini kita akan membahas sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) yang nomer 14 (empat belas) adalah,
وَالتَّوَرُّكُ فِي الجَلْسَةِ الأَخِيرَةِ
Duduk tawarruk dalam raka'at terakhir yakni duduk di raka'at terakhir.
Tawarruk berasal dari kata warik (وَرِك). Warik (وَرِك) artinya adalah pantat. Jadi tawarruk adalah duduk dengan beralaskan pantat langsung. Kalau iftirāsy adalah duduk dengan beralaskan telapak kaki kiri kita. Maka tawarruk adalah duduk dengan tanpa alas. Artinya adalah warik (وَرِك) atau pantat kita menyentuh ke tempat shalat kita langsung. Ini yang namanya tawarruk.
Dan ini yang disebutkan oleh Abu Humaid As-Sa'idi radhiyallāhu ‘anhu dalam hadits riwayat Al-Bukhari, beliau mengatakan,
وَإِذَا جَلَسَ فِى الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ
Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam itu kalau beliau duduk di raka'at terakhir, kalau beliau duduk setelah raka'at terakhir dalam shalat beliau, maka beliau menjulurkan kaki kiri beliau, kemudian menegakkan kaki kanan beliau dan beliau duduk di atas pantat beliau.
Jadi, kalau dalam iftirāsy kaki kanan tegak, kaki kiri dijadikan alas. Kalau dalam duduk tawarruk kaki kanan tetap tegak posisi sama tidak berubah, tapi kaki kiri dijulurkan ke bawah kaki kanan. Kemudian Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam duduk di atas pantat beliau. Ini adalah duduk tawarruk yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam saat beliau duduk di raka'at terakhir.
Jadi ini khusus duduk di raka'at terakhir. Baik yang 3 raka'at, 4 raka'at maupun 2 raka'at ataupun yang lebih dari 4 raka'at. Yang penting di raka'at terakhir menurut madzhab Syafi'i bentuk duduknya adalah tawarruk. Yaitu duduk di atas warik (وَرِك) atau pantat.
Inilah teladan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan dalam hadist riwayat Abu Humaid As-Sa'idi radhiyallāhu ‘anhu. Dan para ulama menjelaskan bahwasanya duduk iftirāsy pada tempat-tempat yang disunnahkan juga duduk tawarruk di posisi yang disunnahkan hukumnya adalah sunnah. Mereka sepakat akan hal itu.
Jadi kalau seandainya di balik, di tasyahud pertama kita tawarruk atau di saat duduk terakhir kita duduknya malah iftirāsy shalatnya sah dengan kesepakatan para ulama semuanya. Namun itu khilāful aula (ﺧﻼف اﻷوﻟﻰ) itu menyelisihi yang terbaik yang dicontohkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Dan kita umat Islam hendaknya meneladani Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam segala hal termasuk dalam hal yang detail seperti ini.
Kemudian sunnah yang kelima belas adalah,
وَالتَّسْلِيمَةُ الثَّانِيَةُ
Salam yang kedua.
Dalam madzhab Syafi'i yang wajib, yang rukun adalah salam yang pertama. Sedangkan salam yang kedua hukumnya adalah sunnah saja. Artinya kalau ada yang batal setelah salam yang pertama maka shalatnya sah. Adapun dalil bahwasanya salam yang kedua ini adalah sunnah adalah hadits Abdullah Bin Mas'ud radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwasanya Ibnu Mas'ud mengatakan,
أن النبي صلّى الله عليه و سلّم كان يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ (السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ)
Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri sehingga putihnya pipi beliau kelihatan.
Artinya beliau melakukannya dengan sempurna. Menoleh sempurna sehingga putihnya pipi beliau kelihatan oleh jama'ah shalat di belakang beliau.
Demikian juga saat beliau mengucapkan salam ke arah kiri juga dengan sempurna sehingga putihnya pipi beliau kelihatan oleh para sahabat yang shalat di belakang beliau. Beliau mengucapkan,
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Jadi Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam melakukan dua salam ini. Maka disunnahkan bagi kita untuk meneladani beliau juga. Dan menurut sebagian ulama salam yang kedua ini juga wajib, maka kalau ada yang batal sebelum salam yang kedua maka shalatnya menjadi tidak sah.
Jadi ada sebagian ulama yang mengatakan salam yang kedua hukumnya wajib maka lebih hati-hatinya kita juga melakukan kedua salam ini. Jangan sampai ditinggalkan. Karena ada sebagian ulama yang mewajibkan salam yang kedua ini.
Dengan demikian pembahasan tentang sunnah-sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) telah selesai dan dari apa yang telah dipaparkan kita bisa simpulkan bahwasanya sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) adalah sunnah yang tidak berdiri sendiri tapi dia adalah sunnah yang berhubungan dengan rukun-rukun shalat.
Maka di antara contoh sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) adalah misalnya mengucapkan tasbih saat ruku’ dan sujud. Jadi ini bukan sunnah yang berdiri sendiri. Tidak seperti qunut atau tasyahud awal yang berdiri sendiri yang disebut sebagai sunnah ab’ādh (أبعاض) disebut sebagai ab’ādh (أبعاض) karena menyerupai rukun. Yaitu menyerupai al ba’dh al haqiqi (الحقيق البعض), menyerupai bagian shalat yang sesungguhnya yang hakiki yaitu rukun-rukun shalat. Itu sunnah ab’ādh (أبعاض).
Sedangkan sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) tidak berdiri sendiri. Sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) ini menjelaskan bentuk rukun-rukun shalat. Misalnya ruku' dan sujud itu rukun shalat. Terus bagaimana bentuknya? ini dijelaskan dalam sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) ini.
Misalnya di sini dikatakan saat kita ruku' atau sujud disunnahkan untuk membaca tasbih. Maka tasbih dalam ruku' dan sujud adalah sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) karena dia menjelaskan bagaimana bentuk dan cara melakukan sebuah rukun dalam shalat. Jadi ini yang dimaksud dengan sunnah haiāt (هَيْئَاتُ).
Demikian, wallāhu ta’ālā a’lam.
وصلى الله على نبيا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment