F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-76 Bab Sunnah Shalat Bag. 5

Audio ke-76 Bab Sunnah Shalat Bag. 5
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 7 Shafar 1446 H | 12 Agustus 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-76
https://drive.google.com/file/d/1YPMNgikHeVMk7BLg3x_qIS0JIaDuvZ5i/view?usp=sharing

Bab Sunnah-Sunnah Shalat (Bag. 5)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

Pada pertemuan yang sebelumnya telah kita bahas bersama Sunnah-Sunnah dalam Shalat, kita telah membahas dua sunnah sebelum shalat yaitu adzan dan iqamah. Kemudian dua sunnah ab’ādh (سنة الابعاض), yaitu tasyahud awwal dan qunut subuh serta qunut witir. Kemudian kita telah membahas juga empat dari lima belas sunnah haiāt (هَيْئَاتُ), yaitu:

1. Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram, saat ruku’ dan sujud.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri saat kita berdiri dalam shalat, kemudian.
3. At-tawajjuh (التَّوَجُّهُ) yaitu mengucapkan doa istiftah salah satunya adalah

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ

4. Adalah isti'ādzah (اسْتِعَاذَةُ) atau ta'awwudz sebelum membaca Al-Fatihah di raka’at yang pertama.

Sebelum kita mempelajari sebelas sunnah yang lain saya ingin menyampaikan sebuah faedah penting yang disampaikan oleh Imam Nawawi rahimahullāhu ta’ālā. Beliau mengatakan, yang masyhur dalam madzhab Syafi'i dan juga dalam nukilan-nukilan dari Imam Syafi’i adalah sunnahnya mengangkat tangan di tiga posisi yang sudah disebutkan tadi, saat takbiratul ihram, kemudian saat ruku’, dan saat bangun dari ruku’.

Kemudian beliau mengatakan, “Sebagian ulama dalam madzhab kami berpendapat bahwasanya di antara sunnah juga adalah mengangkat kedua tangan saat bangun dari tasyahud awwal”. Kemudian beliau mengatakan, “Dan ini adalah yang benar”.

Dan di antara ulama yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Mundzir, Abu 'Ali Ath-Thabari, kemudian Abū Bakr Al-Baihaqī, Asy-Syirazi, Al-Baghawi, dan ini juga madzhab Imam Bukhari, dan para ahli hadits yang lain. Mereka berdalil dengan hadits Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Nafi' bahwasanya Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhu

كَانَ إِذَا دَخَلَ الصَّلَاةِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ ، وَإِذَا قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا قَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ ، وَرَفَعَ ذَلِكَ ابْنُ عُمَرَ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ibnu Umar itu kalau beliau memulai shalat, beliau masuk dalam shalat, beliau mengangkat kedua tangan beliau. Saat beliau mengucapkan sami'allāhu liman hamidah (سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ), beliau juga mengangkat kedua tangan beliau, demikian juga saat beliau bangun dari raka’at kedua beliau juga mengangkat kedua tangan beliau.

Ini adalah hadits dari Ibnu Umar dan juga hal ini diriwayatkan dari hadits Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallāhu ‘anhu juga.

Maka kemudian para ulama seperti An Nawawi, Al-Baihaqī, Abu Ali Ath-Thabari, Ibnu Mundzir dan yang lain mengambil hadits ini. Mengamalkan hadits ini, mengikuti pendapat ini meskipun itu tidak sama dengan apa yang telah disampaikan oleh Imam Syafi’i rahimahullāhu ta’ālā. Dan itu sebagai pengamalan dari wasiat Imam Syafi’i rahimahullāhu ta’ālā

إذَا صَحَّ الحَدِیثُ فَهُوَ مَذْهَبِي

Kalau suatu hadits sudah shahih maka itulah madzhabku.

Memang Imam Syafi’i rahimahullāhu ta’ālā hanya menyebutkan sunnahnya mengangkat kedua tangan di tiga posisi namun karena hadits ini sudah shahih riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Umar juga diriwayatkan dari Abu Humaid As-Sa’idi riwayat Abu Dawud maka kemudian para ulama madzhab Syafi’i menambahkan sunnah ini dan mengatakan inilah yang benar, sunnahnya mengangkat kedua tangan tidak hanya di tiga tempat ini tapi di empat tempat dengan tambahan saat kita bangun dari raka’at kedua.

Maka ini adalah sebuah teladan yang agung, sebuah contoh yang mereka berikan sebagai bentuk wasiat, sebagai bentuk pengamalan untuk wasiat imam Syafi'i dan begitulah seharusnya kita. Boleh kita memilih bermadzhab, tapi kalau kita bermadzhab kita tidak boleh untuk fanatik terhadap madzhab atau imam kita tapi kita mengambil pendapat yang lebih kuat dan didukung oleh dalil-dalil yang shahih.

Sunnah sunnah haiāt

Kemudian kita berpindah ke pembahasan sunnah yang kelima dari sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) yang jumlahnya ada limabelas. Beliau mengatakan

وَالجَهْرُ فِي مَوْضِعِهِ وَالإسْرَارُ فِي مَوْضِعِهِ

Ini adalah sunnah yang kelima dan keenam, mengeraskan bacaan pada tempatnya dan memelankan bacaan pada tempatnya juga.

Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada kita untuk mengeraskan bacaan di sebagian raka’at shalat dan memelankan bacaan di raka’at-raka’at yang lain. Sebagaimana dijelaskan oleh Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim. Beliau mengatakan,

في كلِّ صلاةٍ يقرأْ

Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam itu membaca Al-Fatihah di setiap raka’at

فَمَا أَسْمَعَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَعْنَاكُمْ وَمَا أَخْفَى عَنَّا أَخْفَيْنَا عَنْكُمْ

Maka raka’at-raka’at yang dibaca dengan keras oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam kami keraskan juga kepada kalian, kami membacanya dengan keras untuk kalian, dan apa yang tidak beliau keraskan, yang beliau sirrkan, tidak beliau jahrkan maka kami juga tidak membaca dengan keras untuk kalian.

Ini adalah amanah yang disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu beliau mendengar dari Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau mengeraskan bacaan di sebagian raka’at maka beliau mengeraskannya. Beliau memelankan bacaan di sebagian raka’at maka beliau memelankannya juga dan itu yang beliau sampaikan kepada generasi setelah generasi sahabat.

Dan disebutkan dalam hadits-hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Jubair ibn Muth’im bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca dalam shalat Maghrib surat Ath-Thur dan dalam hadits Al-Barra' bin 'Azib bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca
وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِdalam shalat Isya'.

Dan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallāhu ‘anhuma bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca dengan keras untuk para jin yang hadir bersama beliau. Ini semuanya menunjukkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam tiga shalat ini yaitu shalat Maghrib, di dua raka’at pertamanya, shalat Isya' di dua raka’at pertamanya, kemudian di shalat Subuh beliau mengeraskan bacaan beliau. Maka sunnahnya adalah kita ikut mengeraskan bacaan kita di tiga shalat ini.

Dan batasan mengeraskan yang minimal adalah sebatas orang yang di samping kita mendengarkan suara kita, itu minimalnya. Jadi dalam shalat jama’ah ketika kita menjadi imam ataupun dalam shalat kita sendiri, dalam shalat munfarid untuk tiga shalat ini disunnahkan bagi seorang muslim untuk mengeraskan bacaannya sebagaimana teladan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Sebaliknya dalam shalat-shalat yang disirrkan atau dipelankan bacaannya oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, kita disunnahkan untuk memelankan bacaan kita. Dalam hadits riwayat al-Bukhari dari Khabbab bin al-Arat radhiyallāhu ‘anhu, ketika beliau ditanya oleh seorang yang bertanya, “Apakah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca di shalat Zhuhur dan Ashar?”, maka Khabbab radhiyallāhu ‘anhu mengatakan, “Iya.”. Kami bertanya, “Bagaimana kalian mengetahui bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca dalam shalat Zhuhur dan Ashar”. Maka Khabbab bin al-Arat mengatakan,

باضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ

Kami mengetahui Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca di shalat Zhuhur dan Ashar dengan bergeraknya jenggot beliau. Jenggot beliau naik turun.

Maka dari situ para sahabat bisa menyimpulkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca. Jadi ada bacaan dalam shalat Zhuhur dan Ashar tapi tidak dikeraskan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Hadits ini juga memiliki faedah yaitu bahwasanya yang dimaksud dengan bacaan itu dengan komat kamit, tidak boleh sekedar membaca dalam hati saja tapi kita harus ucapkan, kita harus lafadzkan. Sehingga Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam terlihat jenggot beliau naik turun karena beliau membaca dalam shalat Zhuhur dan Ashar tapi bacaannya tidak beliau keraskan.

Dalam surat-surat jahriyah para sahabat bisa mendengar tapi di surat-surat sirriyah maka mereka melihat jenggot Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bergerak naik turun. Dan para ulama sepakat bahwasanya mengeraskan di raka’at-raka’at yang dikeraskan dan memelankan bacaan di raka’at-raka’at yang tidak disyari’atkan untuk dikeraskan itu adalah sunnah.

Jadi mereka sepakat ini sunnah dan tidak wajib, artinya kalau untuk sebuah keperluan tertentu kita tidak bisa mengeraskan di raka’at-raka’at yang seharusnya keras, misal shalat Maghrib tapi kita khawatir kalau kita keraskan musuh mendengar suara kita misalnya, maka boleh bagi umat Islam untuk berjama’ah shalat Maghrib atau shalat Isya’ tapi suaranya tidak dikeraskan karena itu membahayakan.

Demikian juga kalau dalam raka’at yang seharusnya disirrkan, dipelankan, kita punya keperluan untuk mengeraskannya. Misalnya kita shalat menjadi imam untuk orang tua kita yang sudah pikun agar mereka bisa menyimak bacaan kita maka tidak masalah kita menjalankan shalat kita, kita menjadi imam dalam shalat Zhuhur tapi kita keraskan. Kenapa? Karena ada kebutuhan ini. Kemudian yang kedua karena memang mengeraskan di tempat yang seharusnya dikeraskan dan memelankan di tempat yang seharusnya dipelankan itu hukumnya sunnah dengan ijma para ulama semuanya.

Demikian wallāhu ta’ālā a’lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+