F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-210: Bab 16 Perintah Memelihara Sunnah dan Adab-Adabnya ~ Pembahasan Surah An-Nisaa Ayat 65

Audio ke-210: Bab 16 Perintah Memelihara Sunnah dan Adab-Adabnya ~ Pembahasan Surah An-Nisaa Ayat 65
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-443
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 JUM'AT, 10 Jumadil Awwal 1445 H / 24 November 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah

💽 Audio ke-210: Bab 16 Perintah Memelihara Sunnah dan Adab-Adabnya ~ Pembahasan Surah An-Nisaa Ayat 65

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِلِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita lanjutkan kajian kita.

{ فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤۡمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِىٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا }
"Maka demi Rabb-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (wahai Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
(QS. An-Nisaa: 65)
Subhanallah, Jamaah.
Allah Jalla Jalaluh bersumpah dengan diri-Nya, "Demi Rabb-mu, orang itu tidak akan dikatakan beriman." Kita ini semua mengaku beriman. Kalau engkau benar-benar beriman, Allah mengatakan,

{ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيۡنَهُمۡ }
Mereka tidak akan dikatakan beriman sampai mereka menjadikan engkau (Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan.
Menjadikan Nabi hakim, cukup enggak cukup, masih ada sesuatu yang perlu ada di hatimu. Karena menjadikan Nabi hakim itu, amalan kita, perbuatan kita. Kita datang, kalau masa dahulu, para sahabat datang ke rumah Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam, mengatakan, Ya Rasulullah, kita ini punya masalah, tolong diselesaikan, diberikan keputusan buat kami. Apakah itu sudah cukup menjadi bukti keimanan? Enggak! Ada tambahannya.

{ ثُمَّ لَا يَجِدُواْ فِيٓ أَنفُسِهِمۡ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيۡتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا }
Yang kedua, enggak boleh ada perasaan berat dengan keputusan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.
Ini urusan hati. Ketika Nabi memutuskan, Oh ya, ini yang benar Fulan, kita harus menerima dengan sepenuh-penuhnya menerima. Enggak boleh merasa berat kalau beriman ini. Kalau enggak beriman, wajar merasa berat, memang dia enggak beriman.

Tapi seorang mukmin ketika ada putusan Allah, putusan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wasallam, contoh, ringan nih, ada seorang perempuan, umpamanya gugat suaminya (gugat cerai suaminya), kemudian kita tahu, (ini terjadi di masa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam), atau suami menceraikan istrinya, di mana kita tahu harta gono-gini sejatinya enggak ada. Akhirnya orang ini merasa berat, Kok seperti itu..?! Maka perasaan berat tidak menerima dengan keputusan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, itu menandakan kelemahan iman dia.

Kita harus menjadikan Nabi sebagai sumber penyelesaian untuk semua masalah. Ditambah lagi, apa pun keputusannya, ayat yang pertama kita baca tadi,

{ وَمَآ ءَآتَاكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ }
(QS. Al-Hasyr: 7)

Di ayat ini ditekankan kembali, kalau kita benar-benar harus mutlak menerimanya, tanpa ada perasaan berat. Kok kayaknya enggak adil ya? Su'udzan sama Allah dan Rasul-Nya.

Umpamanya seorang wanita, orang tuanya meninggal dunia. Dia mengurus warisan, Kok ternyata saya dapat bagian sedikit, ya? Seorang ibu, suaminya meninggal dunia, pembagian warisan. Ibu dapat berapa kalau mempunyai anak? Dapat 1/6. Dilihat, Loh, bagianku kok sedikit ya, ini kok enggak adil kayaknya!

Subhanallah.
Hati-hati! Kita harus menerima. Kenapa? Karena itu pasti adil. Masalahnya kita saja yang enggak paham. Kita ini merasa bisa, merasa mampu, merasa paling cerdas, merasa, merasa, merasa ... Tapi cuma perasaan! Tidak sesuai dengan realita.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+