F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-93 Bab Sujud Sahwi Bag. 3

Audio ke-93 Bab Sujud Sahwi Bag. 3
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU | 30 Shafar 1446 H | 4 September 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-93
https://drive.google.com/file/d/1x93V-abxkwarfmIPfq2g9AwslmBalLVz/view?usp=sharing

Bab Sujud Sahwi (Bag. 3)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

Pasal perkara yang ditinggal dalam shalat ada tiga macam yaitu fardhu, sunah dan hai’ah

Masih pada bab shalat. Al Imam Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,

Apabila ragu dalam jumlah raka’at shalat, maka lakukan berdasar raka’at yang yakin yaitu yang paling sedikit dan hendaknya sujud sahwi.

وَإِذَا شَكَّ فِي عَدَدِ مَا أَتَى بِهِ مِنَ الرَّكَعَاتِ بَنَى عَلَى اليَقِينِ وَهُوَ الأَقَلُّ وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ

Dan kalau seseorang ragu dalam shalatnya, dia ragu tentang jumlah raka'at yang sudah dia lakukan, maka hendaklah dia membangun di atas yang yakin. Artinya menghitung jumlah yang diyakini. Apa itu jumlah yang diyakini? Beliau jelaskan,

وَهُوَ الأَقَلُّ

Yaitu jumlah yang lebih kecil, jumlah yang lebih sedikit.

Artinya kalau kita ragu apakah kita sudah shalat 1 raka'at atau 2, kita katakan kita baru shalat 1 raka'at. Apakah saat shalat tadi kita sudah melakukan 2 raka'at atau 3 raka'at, kita katakan berarti baru 2 raka'at dan seterusnya.

Kita ambil angka yang lebih kecil karena itu yang diyakini. Saat kita ragu antara 1 dengan 2 maka berarti kita yakin raka'at yang 1, yaitu raka'at pertama sudah kita lakukan. Yang mesti diragukan adalah raka'at ke-2. Saat kita ragu antara 2 dengan 3 maka yang 2 ini yakin sudah dilakukan. Tapi kita ragu apakah yang ke-3 sudah kita lakukan atau belum.

Jadi kita katakan saya baru shalat 1 raka'at maka kemudian kita menambah 3 raka'at lagi kalau shalat kita adalah shalat yang 4 raka'at atau menambah 2 raka'at lagi kalau shalatnya adalah 3 raka'at. Ini namanya membangun di atas yang yakin. Yaitu menghitung jumlah yang yakin, yaitu yang sedikit,

وَسَجَدَ لِلسَّهْوِ
Kemudian nanti kita sujud sahwi.

Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Sa'id al-Khudri radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Muslim bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ فَلَمِ يَدْرِ كَمْ صَلَّى أثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا؟فَلْيَطْرَحِ الشَّكَ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ

Kalau seorang di antara kalian ragu dalam shalatnya sehingga dia tidak tahu sudah shalat berapa raka'at, apakah 3 atau 4 maka hendaklah dia membuang keraguannya. Dan dia membangun di atas apa yang diyakini.

ثُمَّ يَسْجُدُ سَجدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ

Kemudian dia sujud dengan 2 sujud sebelum salam,

فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًاشَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ

Dan kalau ternyata dia shalatnya 5, ternyata tadi sudah 4 dan ketika dia nambah 1 berarti menjadi 5.

Maka,

شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ

Jadi kalau dia ternyata shalat 5 raka'at maka sujud sahwi ini menjadikan shalat yang 5 itu menjadi genap seolah-olah sujud sahwinya adalah pelengkap menjadi raka'at yang ke-6.

Sehingga bentuk shalatnya tidak berubah menjadi shalat 4 raka'at yang genap menjadi shalat 5 raka'at yang ganjil.

وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا كَانَتَا تَرْغِيْمًا لِلشَّيْطَانِ

Dan ternyata kalau dia benar-benar baru shalat 3 raka'at sehingga akhirnya dia menambah 1 raka'at maka sujud sahwi itu untuk mengkerdilkan setan.
(HR Muslim).

Karena setan berusaha mengganggu kita dalam shalat kita. Setan ingin kita terganggu dalam shalat kita, maka ketika kita benar-benar lupa dan meninggalkan beberapa amalan shalat, dia besar kepala dan merasa dia sudah berhasil. Ternyata di akhir shalat kita sujud sahwi mengagungkan Allāh subhānahu wa ta’ālā. Maka sujud sahwi itu menjadi sesuatu yang mengecewakan dan menjadikan setan kerdil.

Demikian juga kalau kita ragu. Apakah kita sudah sujud 2 atau 1? Kita katakan, “kita baru sujud dengan 1 kali saja”. Kalau kita ragu apakah tadi kita sudah ruku' atau belum? Kita katakan, “kita belum ruku”. Karena itu yang diyakini.

Jadi ini adalah dalil yang mendasari apa yang disampaikan oleh Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā dalam paragraf ini.

Sujud sahwi itu sunah dan dilakukan sebelum salam

Kemudian Beliau mengatakan,

وَسُجُودُ السَّهْوِ سُنَّةٌ وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ

Dan sujud sahwi itu sunnah karena dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian dia tidak wajib karena dia tidak dimaksudkan untuk mengganti apa-apa yang wajib. Dia hanya disyariatkan untuk mengganti apa-apa yang sunnah. Maka hukumnya adalah sunnah,

وَمَحَلُّهُ قَبْلَ السَّلَامِ

Dan tempatnya adalah sebelum salam.

Ini menurut madzhab Syafi'i. Semua sujud sahwi dalam madzhab Syafi'i adalah sebelum salam. Namun beberapa hadist yang shahih menunjukkan bahwasanya ada beberapa sujud sahwi yang dilakukan setelah salam. Misalnya sujud sahwi dalam keadaan ragu kemudian setelah kita ingat-ingat kita jadi yakin dengan angka tertentu.

Jadi misalnya kita ragu antara 3 dengan 4. Kemudian setelah kita ingat-ingat kita jadi yakin atau mendekati yakin bahwasanya kita sudah shalat 4 raka'at. Maka kalau yang kita lakukan seperti itu hendaknya kita sujud sahwi setelah salam. Kenapa? Karena hadits Ibnu Mas'ud radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ، فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ

Jika seorang di antara kalian ragu dalam shalatnya maka hendaknya dia mencari yang benar.

فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ

Dia ingat-ingat 3 atau 4.

Jadi yang pertama dilakukan adalah mengingat-ingat dahulu. Kalau jawabannya adalah kita yakin 4, maka berarti kita akan menyelesaikan shalat kita berdasarkan keyakinan itu.

فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ ثُمَّ لِيُسَلِّمْ ، ثُمَّ يَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ بَعْدَ السَّلَامِ

Hendaklah kita menyelesaikan shalat kita berdasarkan keyakinan itu kemudian hendaklah dia salam kemudian sujud 2 sujud setelah salam. Ini menunjukkan bahwasanya ada sujud sahwi setelah salam.

Kemudian apa yang kita ucapkan dalam sujud sahwi ini? Yang diucapkan adalah seperti dalam sujud yang lain. Kita disunahkan untuk mengucapkan,

سُبْحَانَ رَبِّي الْأعْلَى

Atau yang lain, juga boleh berdoa di situ. Karena tidak ada dalil yang menunjukan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca doa khusus untuk sujud sahwi ini.

Dan hal ini dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullāhu ta’ālā dalam Al Majmu' juga disampaikan oleh banyak ulama Syafi'iyah diantaranya Ar-Rafi’i, Ar-Ramli, Zakariya Al-Anshari mereka mengatakan yang dibaca adalah seperti dalam sujud-sujud yang lain.

Dan Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullāhu ta’ālā menjelaskan tentang dzikir yang masyhur dalam sujud sahwi yaitu,

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْا

Maha Suci Allāh yang tidak tidur dan tidak lupa.

Beliau mengatakan bahwasanya dzikir ini tidak memiliki dasar,

لا أصل له

Atau

لم أجد له أصلا

Beliau mengatakan seperti itu. Tidak ada dasarnya.

Ini barangkali yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat wallāhu ta’ālā a’lam.


وصلى الله على نبيا محمد وعلى آله وصحبه وسلم


•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+