🆔 Group WA HSI AbdullahRoy
🌐 edu.hsi.id
🔊 Halaqah 4 ~ Simpul #02 Mengikhlaskan Ilmu Hanya Untuk Allāh
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.
Audio https://drive.google.com/file/d/1bx_ine_7Q66Z5h6nlWJ77CYOUH0RHPWW/view?usp=sharingHalaqah 4 ~ Simpul #02 Mengikhlaskan Ilmu Hanya Untuk Allah
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke-4 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Khulāshah Ta’dzhimul ‘Ilm yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Shalih Ibn Abdillah Ibn Hamad Al-Ushaimi hafidzahullahu ta’ala.
المعقد الثاني
Simpul yang kedua di antara simpul-simpul yang dengannya insyaAllah kita bisa mewujudkan pengagungan terhadap ilmu di dalam hati kita, yaitu dengan
إخلاص النية فيه
Mengikhlaskan niat di dalam ilmu,
فيه di sini kembali kepada ilmu, mengikhlaskan niat untuk Allāh ﷻ, ilmu ini adalah sesuatu yang mulia maka di antara bentuk pemuliaan kita terhadap ilmu hendaklah niat kita di dalam mencari ilmu tersebut adalah karena Allāh ﷻ bukan karena makhluk, karena kalau kita niatnya adalah karena dunia berarti kita menghinakan ilmu, ilmu ini Mulia, kalau kita niatnya mencari ilmu tersebut untuk mencari sesuatu yang hina berarti kita menghinakan ilmu, tapi kalau niat kita di dalam menuntut ilmu adalah ingin surganya Allāh ﷻ ingin dimuliakan oleh Allāh ﷻ ingin diberi ganjaran oleh Allāh ﷻ berarti kita telah ikhlas di dalam menuntut ilmu tersebut, ini termasuk pengangungan kita terhadap ilmu.
Kedudukan niat di dalam islam
إنَّ إخلاصَ الأعمال أساسُ قَبولها، وسُلَّمُ وصولها
Sesungguhnya keikhlasan di dalam beramal itu adalah pondasi untuk diterima, kalau tidak ikhlas maka amalannya tidak diterima oleh Allāh ﷻ, beliau menyebutkan di sini keutamaan-keutamaan ikhlas, dan dia adalah tangga supaya sampai kepada diterimanya amal, jadi pondasinya ikhlas tangganya juga keikhlasan dia harus ada dari awal maupun ketika berjalan amalan tersebut harus ada
قال تعالىٰ
Allāh subhanahu wa ta’ala mengatakan
وَمَا أُمِرُوْا إِلَّا لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ﴾ البينة: الآية 5
Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allāh ﷻ, yaitu menyembah Allāh ﷻ dalam keadaan ikhlas dalam keadaan mentauhidkan Allah.
وفي الصَّحيحين
Di dalam Shahih Bukhari dan juga Muslim
عن عمر رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الأعمال بالنِّيَّة ، ولكل ٱمرئٍ ما نوىٰ
Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan amalan itu adalah dengan niat dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan. Amalan itu harus dengan niat kalau niatnya adalah karena Allāh ﷻ maka dia mendapatkan pahala dan kalau niatnya bukan karena Allāh ﷻ maka dia tidak mendapatkan pahala dan bagi masing-masing apa yang dia niatkan kalau niatnya adalah menginginkan pahala dari Allāh subhanahu wa ta’ala maka dia akan mendapatkan pahala tersebut, tapi kalau yang dia niatkan adalah dunia maka baginya apa yang dia niatkan, dia tidak mendapatkan pahala dari Allāh ﷻ tapi hanya mendapatkan dunia kalau Allāh subhanahu wa ta’ala menghendaki. Ini menunjukkan tentang kedudukan niat di dalam islam
وما سبَق مَن سبَق، ولا وصَل من وصَل من السَّلف الصَّالحين، إلَّ بالإخلاص لله ربِّ العالمين
Tidaklah mendahului orang-orang yang terdahulu dan tidaklah sampai orang-orang yang sampai dari kalangan para Salafush shālihin kecuali karena keikhlasan mereka untuk Allāh ﷻ.
Pentingnya ikhlas
Ini beliau masih menyebutkan tentang pentingnya ikhlas, ternyata orang-orang dahulu mereka sampai menjadi seorang ahli ibadah sampai menjadi seorang ahli fiqh ada yang ahlul hadits ada yang mereka dikenal dengan aqidahnya, tidaklah mereka sampai kepada keutamaan- keutamaan tersebut kecuali karena ikhlas, jadi jangan kita menyangka mereka sampai pada kedudukan-kedudukan tadi hanya sekedar dengan melakukan perjalanan hanya sekedar menghafal, tidaklah mereka sampai seperti itu kecuali karena di antaranya yang utama adalah karena mereka ikhlas di dalam beramal, mereka ikhlas di dalam menuntut ilmu karena mereka menganggungkan ilmu, karena niat mereka adalah karena Allāh ﷻ sehingga mereka akhirnya menjadi seorang ahli fiqh menjadi seorang ahlul hadits.
قال أبو بكرٍ المرُّوذيُّ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :سمعت رجلاً يقول لأبي عبد الله يعني أحمدَ ابن حنبلٍ – وذكر له الصِّدق الإخلاص، فقال أبو عبد الله: بهٰذا ٱرتفع القوم
Berkata Abu Bakar Al-Marrudziy aku mendengar seseorang berkata kepada Imam Ahmad ibn Hanbal kemudian disebutkan kepada beliau tentang masalah kejujuran dan juga keikhlasan, yang dimaksud dengan kejujuran di sini adalah kejujuran dalam keinginan, orang yang keinginannya jujur maka dia akan kumpulkan keinginan tadi, dia akan kumpulkan segenap keinginan dia itu namanya sidq berarti dia jujur di dalam keinginannya. Al-ikhlas maksudnya adalah karena Allāh ﷻ, yaitu dia kumpulkan seluruh keinginan tadi untuk Allāh ﷻ, berarti ada shidq dia kumpulkan keinginan dia kemudian dia satukan semuanya untuk Allāh ﷻ dia ikhlaskan semuanya untuk Allāh ﷻ. Maka berkata Al Imam Ahmad ibn Hanbal
بهٰذا ٱرتفع القوم
dengan sebab ini maka orang-orang tersebut ditinggikan oleh Allāh ﷻ. Mengapa ditinggikan Sufyan Ats-Tsauri, Al-Auza’I, Abdullah bin Mubarak, Ahmad ibn Hanbal, Asy-Syafi’I, Al-Imamu Malik, kita harus tahu bahwasanya mereka bisa tinggi sedemikian tingginya itu karena Ash-Shidq wal Ikhlas karena mereka dahulu mengumpulkan keinginan mereka, dikuatkan keinginan mereka dan mereka satukan itu dan mereka tujukan itu semuanya adalah lillāhi Rabbil ‘alamin sehingga Allāh ﷻ pun mengangkat derajat mereka.
وإنَّما ينال المرءُ العلم علىٰ قدر إخلاصه
Sesungguhnya seseorang mendapatkan ilmu sesuai dengan kadar keikhlasan dia, semakin dia ikhlas maka semakin dia mendapatkan ilmu dan semakin dia berkurang keikhlasannya maka akan semakin berkurang juga ilmu yang dia dapatkan. Sehingga seseorang harus berusaha dan ini adalah bentuk pengagungan dia terhadap ilmu supaya ketika dia mencari ilmu yang mulia ini yang berharga ini niatnya adalah untuk mendapatkan surga mendapatkan pahala dari Allāh ﷻ bukan mendapatkan dunia.
Kalau kita niatnya mendapatkan dunia maka berarti kita menghinakan ilmu dan kalau kita sudah menghinakan ilmu maka ilmu tidak akan mau tinggal bersama kita tidak mau tinggal bersama orang yang menghinakan dia, kita tidak bisa mempermainkan, ini sudah qaidah ini sudah prinsip yang demikian, orang yang mengagungkan ilmu maka ilmu akan mengagungkannya kalau kita menghinakan ilmu dengan cara niat kita adalah untuk dunia supaya dikenal supaya populer supaya mendapatkan harta dunia dengan ilmu tersebut maka ketahuilah dia tidak akan mendapatkan ilmu selama-lamanya meskipun dia duduk di majelis selama puluhan tahun, kalau memang niatnya dia adalah untuk dunia karena dia telah menghinakan ilmu itu sendiri.
والإخلاص في العلم يقوم علىٰ أربعة أُصول
Ikhlas di dalam ilmu itu dibangun di atas empat pondasi
بها تتحقَّق نيَّة العلم للمتعلِّم إذا قصدها
dengan empat perkara ini maka akan tercipta niat yang benar, kalau kita bisa mengatur sehingga niat kita adalah beberapa perkara ini berarti kita sudah mewujudkan keikhlasan di dalam menuntut ilmu.
Yang pertama adalah
الأوَّل: رفعُ الجهل عن نفسه
Niat kita adalah ingin
- mengangkat kebodohan dari diri kita sendiri
بتعريفها ما عليها من العبوديَّت، وإيقافها علىٰ مقاصد الأمر والنهي
Kita ingin mengangkat kebodohan dari kita sendiri, ana tidak ingin bodoh ana ingin punya ilmu kalau memang niat dia adalah demikian ingin menyelamatkan dia dari jurang kebodohan maka dia telah ikhlas dalam menuntut yaitu dengan mengenalkan diri kita ini apa yang menjadi kewajiban dia berupa ibadah-ibadah, karena dia diciptakan oleh Allāh ﷻ untuk beribadah maka dia kenalkan dirinya dia sayangi dirinya dia kenalkan dirinya dengan ibadah-ibadah tersebut dengan cara menuntut ilmu. Kemudian juga dia ingin menuntut ilmu dan juga ingin supaya jiwanya dan juga dirinya ini mengetahui tentang maksud-maksud dari perintah dan juga larangan, dia lebih ingin mendalami apa maksud dari perintah-perintah Allāh ﷻ dan juga larangan-larangan Allāh ﷻ, itu yang pertama.
Kemudian yang kedua di antara niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu adalah
الثاني: رفع الجهل عن الخلق؛ بتعليمهم وإرشادهم لما فيه صاح دنياهم وآخرتهم
adalah dengan tujuannya ingin
- mengangkat kebodohan dari orang lain
dengan cara mengajarkan mereka memberikan petunjuk kepada mereka kepada sesuatu yang di situ ada maslahat bagi mereka baik di dunia mereka maupun di akhirat mereka.
Kalau tujuan kita adalah ana ingin nanti setelah ana belajar ana ingin memberitahu dan mengajarkan kepada anak, ana ingin memberitahukan ilmu ini kepada orang tua ana kepada tetangga ana maka ini adalah termasuk ikhlas, itu bukan termasuk riya itu termasuk ikhlas dalam menuntut ilmu.
Yang ketiga
الثَّالث: إحياء العلم، وحفظه من الضياع
Niat kita adalah
- ingin menghidupkan ilmu,
yang sebelumnya mati di sebuah masyarakat mereka tidak punya perhatian terhadap ilmu agama kemudian kita ingin menghidupkan ilmu tersebut dimulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita, inginnya adalah menghidupkan ilmu supaya dia tidak hilang dan tidak luntur maka ini juga termasuk niat yang ikhlas.
Yang keempat
الرَّابع: العمل بالعلم
Niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu adalah ingin
- mengamalkan ilmu,
kalau niatnya adalah ingin mengamalkan ilmu ana duduk di majelis ini supaya ana pulang dalam keadaan ana bisa mengamalkan apa yang ana dengar maka ini juga termasuk ikhlas dalam menuntut ilmu.
ولقد كان السَّلف رحمهم ﺍﻟﻠﻪ يخافون فوات الإخلاص في طلبهم العلم، فيتورَّعون عن ٱدعائه، لا أنَّهم لا يحقِّقوه في قلوبهم
Dahulu para Salaf rahimahumullah mereka takut kalau sampai mereka tidak ikhlas di dalam menuntut ilmu, karena kalau sampai tidak ikhlas dalam menuntut ilmu mereka sudah capek-capek misalnya datang dari Baghdad menuju Yaman kalau tidak ikhlas dalam menuntut ilmu mereka tidak mendapatkan ilmu tersebut, dan mereka malu dan tidak berani untuk mengatakan saya sudah ikhlas, bukan berarti mereka tidak ikhlas tapi mereka malu dan tidak berani untuk mengatakan saya mukhlis. Biasanya orang yang ikhlas demikian orang yang ikhlas takut dia untuk mengatakan dirinya adalah orang yang ikhlas bukan berarti dia tidak ikhlas.
Mereka para Salaf kita jelas mereka adalah orang-orang yang ikhlas dan kita mengetahui dari keilmuan mereka dan bagaimana umat ini mencintai mereka dan mengenal keshalehan mereka, kita berharap semoga mereka adalah
Orang-orang yang diberikan oleh Allāh ﷻ karunia yang besar yaitu dengan keikhlasan.
Imam Ahmad bin Hambal
Beliau memberikan contoh disini ucapan dari Imam Ahmad ketika beliau ditanya
سئل الإمامُ أحمدُ
ditanya Al Imamu Ahmad
هل طلبت العلم لله؟
apakah engkau mencari ilmu dulunya adalah karena Allāh ﷻ
فقال: لله عزيز
beliau mengatakan untuk Allāh ﷻ ini adalah perkara yang berat, yaitu untuk ikhlas karena Allāh ﷻ ini bukan perkara yang mudah
ولكنَّه شيءٌ حُبِّبَ إليَّ فطلبتُه
akan tetapi ini adalah sesuatu yang aku senangi, yaitu mereka senang untuk menghafal mereka senang untuk berpikir tentang ilmu
فطلبتُه
maka aku pun mencarinya.
Bukan berarti ucapan Al Imamu Ahmad bin Hanbal di sini berarti beliau tidak ikhlas tapi mereka beliau dan juga para imam seperti beliau mereka wara’ sehingga mereka tidak berani untuk mentazkiyah diri mereka dan mengatakan kami adalah orang-orang yang ikhlas di dalam menuntut ilmu agama.
ومن ضيَّع الإخلاص فاته علمٌ كثيرٌ ، وخيرٌ وفيرٌ
Barang siapa yang menyia-nyiakan keikhlasan maka dia akan kehilangan ilmu yang banyak dan kebaikan yang banyak.
Barang siapa yang menyia-nyiakan keikhlasan, dia tidak memperhatikan dirinya tidak memperhatikan niatnya di dalam menuntut ilmu dia biarkan begitu saja hadir ke majelis ilmu mendatangi majelis ilmu keluar dari majelis ilmu tapi dia tidak pernah memperhatikan apakah dia ikhlas atau tidak niatnya apa ini, maka dia akan kehilangan ilmu yang banyak, dia tidak akan mendapatkan apa-apa.
وينبغي لقاصد السَّامة أن يتفقَّد هٰذا الأصل
Maka hendaklah orang-orang yang menginginkan keselamatan dia melihat pondasi ini hendaklah dia memperhatikan simpul ini, senantiasa memperhatikan bukan sekali dua kali tapi senantiasa dia memperhatikan dia tujuannya apa dalam menuntut ilmu agama ini karena Allāh ﷻ atau karena dunia
وهو الإخلاص
yaitu keikhlasan
في أموره كلِّها، دقيقِها وجليلِها، سرِّها و عَلَنِها
di dalam seluruh perkaranya baik perkara yang kecil maupun perkara yang besar baik yang tersembunyi maupun yang dilihat oleh orang lain, apakah dia memperhatikan tentang masalah keikhlasan ini atau dia termasuk orang yang cuek dengan apa yang ada di dalam hati, kalau dia ingin mendapatkan ilmu maka hendaklah dia punya perhatian yang besar tentang masalah niat ini.
ويَحمِلُ علىٰ هٰذا التَّفقُّدِ شدَّةُ معالجة النِّيَّة
Akan membawa seseorang kepada perhatian yang besar yang secara terus-menerus terhadap masalah niat ini adalah susahnya mengobati niat, kalau dia merasa susah dalam mengobati niat dia maka itu akan membawa dia untuk terus memperhatikan niat tersebut, kalau dia merasa susah dalam menetapkan niat dia menjadikan niat dia itu ikhlas terus maka inilah yang akan membawa dia untuk terus memperhatikan niat tersebut. Tapi kalau dia cuek dengan niatnya dan dia merasa ini adalah mudah sekali untuk mendatangkan niat yang ikhlas maka dia tidak akan memiliki perhatian yang besar terhadap niat tersebut.
Sufyan Ats-Tsauriy
Beliau mendatangkan ucapan Sufyan Ats-Tsauriy
قال سفيان الثوريُّ رحمه ﺍﻟﻠﻪ ما عالجتُ شيئًا أشدَّ عليَّ من نيِّتي، لأنَّها تتقلَّب عليَّ
Lihat bagaimana para salaf, Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih susah bagiku daripada niatku, berarti beliau memiliki syiddatu mu’alajah beliau merasa berat untuk mengobati niatnya untuk menetapkan niatnya
لأنَّها تتقلَّب عليَّ
karena niatku tersebut senantiasa bolak-balik, karena beliau merasa niatnya sering berganti-ganti maka akhirnya beliau sering memperhatikan, terus dikoreksi terus diawasi oleh beliau bagaimana supaya hati tersebut tetap karena Allāh subhanahu wa ta’ala.
Bagaimana supaya menuntut ilmunya bagaimana supaya ketika beliau mengajar menyampaikan hadits itu dalam keadaan posisinya hati tersebut adalah karena Allāh ﷻ niatnya adalah karena Allāh ﷻ
Demikian para ulama ternyata mereka punya perhatian besar terhadap keikhlasan. Al Imam Ahmad ibn Hanbal tadi dikatakan ketika disebutkan tentang sidq wal ikhlas dengannya kaum tersebut diangkat oleh Allāh ﷻ, Sufyan Ats-Tsauriy beliau juga menyebutkan dan beliau adalah Amirul Mukminin dalam masalah hadits ternyata beliau juga sangat perhatian tentang masalah ikhlas, beliau perhatikan terus hatinya.
Sulaiman Al-Hasyimi
بل قال سليمان الهاشميُّ ربَّما أُحدِّث بحديثٍ واحدٍ ولي نيَّةٌ، فإذا أتيتُ علىٰ بعضه تغيَّرت نيَّتي، فإذا الحديث الواحد يحتاج إلىٰ نِيَّاتٍ
Bahkan berkata Sulaiman Al-Hasyimi kadang-kadang aku menyebutkan hadits satu saja dan aku punya niat, yaitu memiliki niat yang baik, tapi ketika aku mendatangi sebagian
تغيَّرت نيَّتي
aku baru di awal aku mau menyampaikan hadits tadi lurus niatnya tapi ketika aku sudah memulai menyebutkan hadits tadi ternyata sudah berubah niatnya, belum selesai hadistnya disebutkan tapi sudah berubah niatnya, mungkin ketika beliau menyebutkan mungkin sanad yang tinggi kemudian masuklah setan disitu dan mengatakan sanadmu lebih tinggi daripada yang lain kemudian berubah niatnya, ini perlu diawasi lagi perlu dikembalikan lagi kepada niat yang benar, ketika dia mulai melenceng niatnya maka harus dikembalikan lagi melenceng lagi dikembalikan lagi itu namanya perhatian, ketika dia mulai goyah niatnya bukan karena Allāh ﷻ dikembalikan lagi harus karena Allāh ﷻ.
فإذا الحديث الواحد يحتاج إلىٰ نِيَّاتٍ
Ternyata satu hadits saja itu butuh beberapa niat, artinya setiap kali dia berubah harus dikembalikan niatnya lagi padahal itu cuma satu hadits saja yang beliau sebutkan.
Demikian para Ahlul Hadits, Ahlul Fiqh, para ulama mereka perhatian sekali tentang keikhlasan ini sehingga mereka pun ditinggikan oleh Allāh ﷻ derajatnya. Maka orang yang ingin mendapatkan ilmu agama dia harus memiliki perhatian terhadap niat yang ikhlas di dalam hatinya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini semoga bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Post a Comment