F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-361: Bab 32 ~ Pembahasan Hadits Abu Hurairah

Audio ke-361: Bab 32  ~ Pembahasan Hadits Abu Hurairah
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-624
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 SENIN 12 Rabi'ul Awwal 1446 H / 16 September 2024 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/19vfrPVNdhHr14YLQkR5slV8gUWE4SKGH/view?usp=sharing

Audio ke-361: Bab 32 Keutamaan Kaum Muslimin yang Lemah, Orang Fakir, dan Orang yang tidak Populer ~ Pembahasan Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita masuk kepada permasalahan, membahas tentang keutamaan kaum yang lemah, kaum fakir dari kalangan kaum muslimin, yang terkadang mereka hidup di pinggiran. Orang-orang tersebut tidak pernah dikenang, mati pun tidak dicari.

Bagaimana perhatian Islam kepada mereka di saat media hanya berpikir tentang orang-orang terkaya di dunia, orang-orang tersukses di dunia?

Islam berpikir tentang bagaimana kita memperhatikan, mempedulikan orang-orang yang lemah. Kenapa? Karena Islam datang untuk semuanya. Dan kita telah membahas beberapa ayat dan beberapa hadits yang berkaitan dengan bab ini.

Kita masuk ke hadits selanjutnya, insyaaAllah.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ، قَالَ : ❲ إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ السَّمِينُ الْعَظِيمُ يَومَ الْقِيَامَةِ ؛ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ❳ . ❊ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Rasulullah bersabda, "Sungguh, kelak pada hari kiamat akan datang seseorang yang besar lagi gemuk, tetapi di sisi Allah timbangan beratnya tidak lebih berat daripada sehelai sayap nyamuk."
(Muttafaqun 'alaih)

Subhanallah.
Thayyib. Berkaitan dengan hadits ini, Jamaah, apa hubungannya dengan bab kita?

Hadits ini mengatakan,

❲ إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ السَّمِينُ الْعَظِيمُ ❳

Bahwasanya akan datang seorang yang gemuk lagi besar pada hari kiamat.

❲ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ❳

Yang bukan nilainya. Ini mungkin terjemahan perlu dilengkapi, bukan nilainya, tapi memang beratnya.

Yazinu ( يَزِنُ ) itu dari wazan ( وَزَنَ ). Dan kita tahu pada hari kiamat akan ada timbangan-timbangan yang diletakkan untuk menimbang amal perbuatan hamba.

Allah mengatakan,

{ وَنَضَعُ ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ }

"Kami akan meletakkan timbangan-timbangan yang penuh dengan keadilan pada hari kiamat."

{ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا }

"Tidak ada satu pun yang akan dizalimi." (QS. Al-Anbiyaa: 47)
Kalau bicara penilaian tanpa timbangan, seperti seorang yang membeli seekor sapi atau seekor kambing. Ada yang sistemnya kita membeli tanpa tahu berapa beratnya. Kita hanya melihat modelnya, kok bagus, besar. Ketika ditimbang, belum tentu sesuai dengan perkiraan kita.

Pada hari kiamat, begitu detailnya Allah 'Azza wa Jalla, sampai manusianya pun ditimbang. Pertanyaannya, apa hubungan hadits ini dengan Bab Keutamaan kaum lemah dan kaum fakir dari kalangan kaum muslimin? Karena penilaian itu bukan dari fisik.

Manusia di dunia ini menilai orang lain dari fisiknya. Kita ketika berjumpa dengan orang, kita akan lihat pakaian dia, jam yang dia pakai, cincin mungkin yang ada di jemarinya, sepatu dia; atau kalau dia pakai kacamata, kacamata dia; jas, jas dia mungkin. Itu kebanyakan manusia.

Sedangkan Allah 'Azza wa Jalla,
❲ لَا يَنْظُرُ إِلَى وُجُوْهِكُمْ وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ ❳

Allah itu enggak melihat kepada rupa kalian, kepada wajah kalian, kepada perawakan kalian, enggak!

Bukan berarti manusia itu dinilai dari beratnya. Ketika seorang kekar tubuhnya, gemuk, ditimbang dia 100 kilo, yang ini 25 kilo, yang ini 30 kilo, berarti lebih baik yang beratnya lebih, laa! Enggak seperti itu! Tapi nilai adalah, kata Allah 'Azza wa Jalla,

{ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ ٱللهِ أَتْقَىٰكُمْ }

"Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling bertakwa kepada Allah 'Azza wa Jalla."(QS. Al-Hujurat: 13)

Hubungannya dengan bab kita berkaitan dengan keutamaan orang-orang miskin, orang-orang yang lemah, biasanya orang yang gemuk, yang besar itu orang yang kaya, biasanya. Secara umum, karena mereka makan semau mereka, geraknya berkurang, enggak banyak gerak. Dan kalau kita melihat memang orang-orang di kampung, di desa yang hidupnya pas-pasan, tubuhnya itu jarang yang gemuk.

Dan sebaliknya, orang-orang yang hidup di perkotaan, yang sudah terkena penyakit hedonisme, mereka tidak lagi berbicara tentang kebutuhan, tapi kesempurnaan hidup, kelengkapan, kemewahan. Apa yang enggak dia perlu dia beli. Itu biasanya mereka akan banyak lemaknya di tubuh. Dan orang kalau sudah banyak makan, banyak istirahat, kurang bergerak, banyak uang, dia biasanya akan jadi sombong, dia akan merendahkan orang lain.

Makanya Allah mengatakan,

{ .. إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَيَطْغَىٰٓ ۞ أَن رَّءَاهُ ٱسْتَغْنَىٰٓ ۞ }

Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batasnya, tatkala dia merasa cukup, merasa punya.(QS. Al-'Alaq: 6-7)

Mungkin dia tidak perlu berpikir besok mau makan apa. Mungkin bulan depan dia juga tidak berpikir untuk keperluan dia. Semua sudah tercukupi. Biasanya dia akan sombong.

Maka ini peringatan nih buat orang-orang yang berduit, buat orang-orang yang gemuk, yang besar, yang kerjanya hanya makan. Beribadahlah kepada Allah 'Azza wa Jalla. Hendaklah nikmat yang Allah berikan kepadamu itu, mendorong diri manusia untuk lebih bertakwa.
Itu maksudnya.

Karena nanti ada orang yang besar, ditimbang. Ditimbang! Jadi kalau bicara yang ditimbang itu apa? Orangnya yang beramal ditimbang. Orangnya! Jadi kita akan ditimbang.

Ingat kisah Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu yang kurus. Ketika dia naik ke sebuah pohon memetikkan ranting siwak buat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, ada angin yang bertiup yang menyebabkan betis beliau tersingkap. Lalu apa kata orang-orang? Mereka tertawa. Mentertawakan betisnya Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu yang kurus...!

Lalu Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam menegur para sahabatnya,

❲ لَهُماَ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ جَبَلِ أُحُدٍ ❳
Kalian tahu, itu dua kakinya Abdullah bin Mas'ud, itu lebih berat di timbangan daripada Gunung Uhud!

Amal. Maka seorang hendaklah sadar. Jadi ketika engkau memiliki fisik yang bagus, Allah berikan kecantikan, ketampanan kepada dirimu, Allah berikan harta kepadamu, tubuh yang semampai, harta yang berlimpah, jangan sampai semua pemberian Allah itu ternyata tidak menjadi bobot kebaikan buat dirimu. Engkau akan ditimbang dan amalan pun juga akan ditimbang.

Makanya Allah katakan,

{ فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ ۞ فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ۞ }

Yang berat timbangan kebajikannya (amalnya ditimbang di sana, keburukannya ditaruh di daun timbangan satunya; kalau lebih berat amal kebajikannya yang ditimbang tadi), maka dia berada dalam kehidupan yang nikmat, yang penuh dengan keridhaan dari Allah 'Azza wa Jalla.(QS. Al-Qari'ah: 6-7)

Maka buat saudara-saudara kita yang mungkin sedang tertimpa musibah, yang akhirnya dia susah makan; mungkin makan pun harus berbagi dengan yang lainnya sehingga tubuhnya menjadi kurus, jangan berkecil hati. Optimis untuk mendapatkan kebaikan.

Karena Allah tidak melihat kepada tubuh kita, Allah tidak melihat kepada rupa kita, tapi Allah melihat kepada hati kita dan amal perbuatan kita. Dan,

{ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ }

"Orang yang paling mulia di sisi Allah dari kalian semuanya adalah yang paling bertakwa."

Mungkin engkau di dunia tidak pernah mendapatkan medali olimpiade, mungkin tidak pernah mendapatkan medali emas, perak, perunggu atau yang lainnya. Engkau tidak pernah mendapatkan (hadiah) Nobel, wajahmu tidak pernah muncul di koran, tidak pernah muncul di media. Tapi tatkala engkau bertakwa kepada Allah 'Azza wa Jalla, jangan takut! Kita akan lihat nih, ada orang-orang yang tidak dikenal, tapi Allah kenal sama dia.

Barakallahu fiikum.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+