🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 29 Shafar 1446 H | 3 September 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-92
https://drive.google.com/file/d/1wWq3EgisPoTQfJZHvI3yUcd7-lpn60mE/view?usp=sharingBab Sujud Sahwi (Bag. 2)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Pasal perkara yang ditinggal dalam shalat ada tiga macam yaitu fardhu, sunnah, dan hai’ah.
Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.
Sunnah ab’ādh (أبعاض), maka seseorang hendaknya tidak kembali ke posisi sunnah itu ketika dia sudah memulai sebuah rukun yang baru. Tapi cukup dia melakukan sujud sahwi.
Masih pada bab shalat, beliau mengatakan,
وَالسُّنَّةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ التَّلَبُّسِ بِالفَرْضِ لَكِنَّهُ يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ عَنْهَا
Sedangkan amalan yang sunnah, maksud beliau sunnah ab’ādh (أبعاض), maka seseorang hendaknya tidak kembali ke posisi sunnah itu ketika dia sudah memulai sebuah rukun yang baru. Tapi cukup dia melakukan sujud sahwi sebagai pengganti dari sunnah yang dia tinggalkan itu
Ini pembahasan sunnah ab’ādh (أبعاض) disebut sunnah ab’ādh (أبعاض) karena dia sangat ditegaskan (sunnah muakkadah) dan mirip dengan rukun. Yakni mirip dengan al-ab’ādh al-haqīqiyah (الأبعاض الحقيقية) mirip dengan bagian shalat yang hakiki yaitu rukun-rukun shalat.
Yakni, misalnya tasyahud awal kemudian juga menurut madzhab Syafi'i adalah qunut Subuh dan juga qunut witir di pertengahan kedua bulan Ramadhan. Ini adalah sunnah ab’ādh (أبعاض) yang dia bukan rukun tapi dia adalah sunnah ab’ādh (أبعاض) dan bisa diganti dengan sujud sahwi.
Artinya kalau kita tidak melakukan hal itu maka kalau kita ingatnya setelah kita talabus dengan rukun yang baru, kita sudah berpindah ke rukun yang selanjutnya maka kita tidak perlu kembali untuk melakukan sunnah yang kita tinggalkan tersebut. Kita dipersilakan untuk meneruskan shalat, kemudian nanti cukup sujud sahwi sebelum salam.
Contohnya adalah kalau kita tidak tasyahud awal, jadi di raka'at yang kedua misalnya kita lupa seharusnya duduk untuk tasyahud awal, tapi kita lupa. Kita berdiri, kita sudah berdiri menuju raka'at yang ketiga. Dan berdiri dalam shalat itu adalah rukun.
Kalau kita ingat ketika kita belum berdiri, belum talabus dengan rukun yang baru, kita masih beranjak. Kita ingat, oh seharusnya duduk, kita kembali duduk. Tapi kalau kita sudah berdiri tegak, maka kita tidak perlu untuk kembali lagi, kita teruskan shalat kita. Kita baca Al-Fatihah lagi kemudian nanti sebelum salam kita sujud sahwi.
Sebagaimana dicontohkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Buhainah bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjadi imam untuk para sahabat,
صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ
Shalatnya shalat 4 raka'at tapi di raka'at yang kedua Beliau bangun dan tidak duduk.
فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيمِ
Dan ketika beliau menyelesaikan shalat Beliau yang 4 raka'at dan kami melihat bagaimana Beliau mengucapkan salam ternyata Beliau takbir sebelum salam,
فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ثُمَّ سَلَّمَ
Maka setelah takbir beliau sujud dengan dua sujud dalam keadaan Beliau duduk kemudian Beliau mengucapkan salam.
Dalam hadist Abdullah bin Buhainah ini Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam meninggalkan sebuah sunnah. Sunnah ab’ādh (أبعاض) menurut istilah madzhab Syafi'i. Jadi Beliau tidak tasyahud awal kemudian Beliau tidak kembali untuk melakukan tasyahud awal. Beliau ingat setelah itu bahwasanya Beliau belum tasyahud awal. Tapi Beliau meneruskan shalat Beliau. Kemudian sunnah ab’ādh (أبعاض) yang satu ini akhirnya diganti oleh Beliau dengan sujud sahwi sebelum salam.
Jadi dalilnya adalah Abdullah bin Buhainah, ini contoh untuk salah satu sunnah ab’ādh (أبعاض) dalam shalat. Maka yang lain diqiyaskan. Menurut madzhab Syafi'i kalau ada yang lupa melakukan qunut Subuh atau lupa membaca qunut witir di pertengahan kedua bulan Ramadhan maka dia bisa menggantinya dengan sujud sahwi sebelum salam.
Sunnah haiah (هَيْئَةُ) tidak perlu kembali jika melupakannya atau meninggalkannya dan tidak juga dia harus sujud sahwi.
Kemudian Beliau mengatakan,
وَالهَيْئَةُ لَا يَعُودُ إِلَيْهَا بَعْدَ تَرْكِهَا وَلَا يَسْجُدُ لِلسَّهْوِ
Adapun sunnah haiah (هَيْئَةُ) maka dia tidak perlu kembali jika melupakannya atau meninggalkannya dan tidak juga dia harus sujud sahwi sebelum salam.
Jadi setelah kita membahas tentang rukun-rukun shalat yang fardhu, kemudian yang kedua kita berbicara tentang sunnah ab’ādh (أبعاض), yang ketiga adalah sunnah haiah (هَيْئَةُ) sesuatu yang disunnahkan dalam shalat tapi dia sifatnya haiah (هَيْئَةُ), sifatnya menjelaskan tata cara rukun-rukun shalat.
Misalnya adalah takbīratul intiqāl (تكبيرة الانتقال), takbir perpindahan dari satu rukun ke rukun yang lain. Ini menjelaskan bagaimana cara kita berpindah dari berdiri ke sujud. Caranya adalah dengan takbir, mengucapkan, “Allāhu Akbar”. Bagaimana kita berpindah dari berdiri ke ruku', bagaimana kita berpindah dari i'tidal ke sujud, di sana ada takbir. Maka sunnah ini menjelaskan bagaimana caranya. Sehingga disebut sebagai sunnah haiah (هَيْئَةُ)
Atau apa yang kita ucapkan dalam sujud, apa yang kita ucapkan dalam ruku'. Sujud dan ruku' itu rukun, sedangkan apa yang kita ucapkan dalam ruku’ atau sujud namanya adalah sunnah haiah (هَيْئَةُ), menjelaskan tentang bentuk atau tata cara sujud kita seperti apa. Jawabannya dengan membaca tasbih. Maka tasbih dalam ruku' dan sujud adalah sunnah haiah (هَيْئَةُ) atau juga ta'awwudz dan istiftah ini juga termasuk contoh sunnah haiah (هَيْئَةُ).
Kalau kita sampai lupa kemudian meninggalkan sunnah-sunnah seperti ini, tidak takbir saat berpindah dari rukun yang satu ke rukun yang lain, tidak membaca ta'awwudz, tidak membaca doa istiftah di awal shalat, atau tidak membaca tasbih saat kita ruku’ atau sujud, maka yang seperti ini hukumnya adalah sunnah saja kita tidak perlu untuk kembali seperti dalam rukun.
Ya sudah itu sunnah, kita lupa, ketinggalan ya sudah. Qadarullāh wa mā sya'a fa'ala. Tidak perlu kembali dan juga tidak perlu sujud sebelum salam. Kenapa? karena sunnah ini beda kedudukannya dengan sunnah ab’ādh (أبعاض).
Para ulama Syafi'iyah menyebutkan,
لعدم تأكدها
Karena sunnah-sunnah ini tidak ditegaskan.
Kemudian juga karena Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak mencontohkan kita untuk melakukan sujud sahwi untuk sunnah-sunnah yang seperti ini.
Yang ada adalah sujud sahwi untuk tasyahud awal, itu yang Beliau contohkan. Adapun sunnah-sunnah yang derajatnya tidak sampai derajat tasyahud awal maka kita tidak perlu untuk melakukan sujud sahwi.
Kenapa? karena tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang pada dasarnya sujud sahwi itu adalah tambahan dalam shalat dan suatu tambahan tidak boleh dilakukan kecuali dengan dalil.
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga Allāh subhānahu wa ta’ālā memberikan keberkahan ilmu dan memudahkan kita untuk mengamalkannya.
إنه ولي ذلك والقادر عليه
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment