F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-74 Maskawin Dalam Pernikahan Bag. 08

Audio ke-74 Maskawin Dalam Pernikahan Bagian Kedelapan - Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN| 10 Muharram 1444H /| 08 Agustus 2022M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-074
https://drive.google.com/file/d/15nb3EqMdbD-H-MKUeBDIXOybcke0AxZy/view?usp=sharing

Maskawin Dalam Pernikahan Bagian Kedelapan


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد

Kaum muslimin anggota grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ketika lelaki memilih wanita pilihan, untuk menikahi wanita ini adalah sebuah penghargaan, sebuah kepercayaan. Sehingga kalau ternyata akhirnya lelaki tersebut memutuskan untuk menarik kembali kepercayaan, maka bukan berarti kemudian dia boleh untuk menjatuhkan wanita tersebut, menghinakan wanita tersebut. Tentu tidak.

Karena Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam secara global dalam hubungan pernikahan yang berakhir dengan perceraian atau pun masih terus berusaha dipertahankan, Nabi memberikan satu pesan penting bagi para suami dan istri, terutama bagi kaum laki-laki sebagai suami dan pemimpin rumah tangga. Nabi mengatakan,

لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
Hendaklah seorang mukmin tidak membenci seorang mukminah, jika dia tidak menyukai perangainya niscaya dia menyukai yang lain. [HR Muslim]

Tidak sepatutnya seorang lelaki itu memandang sebelah mata, meremehkan seorang mukminah. Kenapa? Karena kalaupun pada diri wanita tersebut terdapat suatu perangai yang tidak baik, suatu perangai yang kau benci, suatu hal yang engkau tidak sukai, maka pasti pada dirinya terdapat hal-hal lain perangai-perangai yang kalian sukai.

Bahkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga telah menggambarkan agar para suami tidak ceroboh dengan menganggap remeh istri ataupun mantan istri.

فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَيَجْعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allāh menjadikan padanya kebaikan yang banyak. [QS An-Nisa: 19]

Kalau engkau dalam suatu kondisi merasa benci kepada istrimu karena suatu hal, maka percayalah bahwa pada istrimu itu (pada wanita yang telah engkau pilih untuk menjadi istrimu itu) terdapat,

خَيْرًا كَثِيرًا

Allāh telah menitipkan padanya, menyisipkan padanya atau membekalinya dengan,

خَيْرًا كَثِيرًا

Banyak kebaikan.

Karena itu seorang muslim apapun yang terjadi dia tetap harus berada pada posisi yang terhormat dan menghormati. Menghargai istri ataupun mantan istrinya. Tidak sepatutnya dia meremehkan istrinya ataupun merendah (memandang sebelah mata) istrinya ataupun mantan istrinya.

Suatu hari, ada seorang yang Sholeh (seorang ulama). Walaupun dia ulama tetap saja dia manusia. Terjadi persengketaan dengan istrinya yang mengharuskan atau menjadikan beliau untuk memutuskan mengakhiri pernikahannya.

Ketika beliau masih dalam tahap berencana menceraikan istrinya, beliau ditanya “Mengapa engkau ingin menceraikan istrimu?” Beliau menjawab “Lelaki pantang mengobral aib keluarganya. Lelaki pantang menceritakan aib keluarganya.”

Ketika dia telah betul-betul menceraikan istrinya, penanya kembali bertanya. “Saya ingin bertanya sebetulnya apa yang terjadi dan apa yang ada pada istrimu sehingga engkau menceraikan dia? katanya

مالي ولامرأة غير

Apa alasan saya menceritakan kekurangan wanita atau istri orang lain?

Dia saat ini telah menjadi istri orang lain, sehingga saya tidak halal untuk menceritakan aib dia. Subhanallah. Inilah suami yang benar, inilah suami yang Sholeh, yang bertanggung jawab.

Ketika dia masih memilih untuk mempertahankan rumah tangga, dia tidak akan mengobral, dia tidak akan menceritakan, dia tidak akan mengekspos kekurangan dan aib yang ada pada istrinya. Karena aib yang ada pada istrinya itulah aib rumah tangga dia sendiri.

Dan kalaupun dia akhirnya telah betul-betul menceraikan, dia juga tidak kemudian menceritakan aib mantan istrinya. Karena itu adalah aib orang lain, muslimah yang tentu haram untuk diceritakan atau di expose atau kemudian dijadikan sebagai bahan gunjingan atau ghibah.

Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semuanya untuk membangun rumah tangga yang penuh dengan kesetiaan, betul-betul rumah tangga yang menyejukkan بيت الجنَّةِ (rumahku adalah surgaku).

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+