F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-100 Bab Menjamak Shalat

Audio ke-100 Bab Menjamak Shalat
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT | 9 Rabi’ul Awwal 1446 H | 13 September 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-100
https://drive.google.com/file/d/19rD-MNf2thLedW2AMjcpzacVWXFzHVqF/view?usp=sharing

Bab Menjamak Shalat

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

Masih pada bab shalat. Abu Syuja Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,

وَيَجُوزُ لِلمُسَافِرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالعَصْرِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ وَبَيْنَ المَغْرِبِ وَالعِشَاءِ فِي وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ

Dan boleh bagi musafir untuk menjamak shalat Zhuhur dan Ashar di waktu salah satu keduanya terserah dia, dan juga boleh untuk menjamak antara Maghrib dan Isya’ di waktu salah satu dari keduanya terserah dia.

Setelah kita membahas tentang qashar shalat memperpendek jumlah raka'at shalat, kita masuk ke pembahasan hukum menjamak shalat.

Boleh bagi musafir untuk menjamak shalat Zhuhur dan Ashar, Magrib dan Isya’. Jadi jamak itu hanya untuk 4 shalat ini. Zhuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya’. Dan shalat subuh tidak bisa dijamak dengan shalat lain. Kita boleh melaksanakan shalat itu di waktu shalat yang pertama atau disebut sebagai jamak taqdim.

Jadi kalau shalat Zhuhur dengan Ashar kita lakukan di waktu Zhuhur, kalau Maghrib dan Isya’ kita lakukan di waktu Maghribnya atau sebaliknya kita melakukannya di waktu shalat yang kedua. Menjamak Zhuhur dan Ashar di waktu Ashar dan Maghrib dan Isya’ di waktu Isya’. Atau disebut Jamak ta’khir. Ini keduanya boleh.

Dan dalilnya adalah hadits Mu'adz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad yang shahih bahwasannya Mu'adz berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ تَرْتَفِعَ الشَّمْسِ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَجْمَعَهَا إِلَى الْعَصْرِ يُصَلِّيَهُمَا جَمْعًا وَإِذَا ارْتَحَلَ بَعْدَ زَيْغِ الشَّمْسِ صَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا ثُمَّ سَارَ

Bahwasannya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Tabuk jika Beliau berangkat sebelum matahari meninggi maka Beliau mengakhirkan shalat Zhuhur sampai tiba waktu shalat Ashar dan Beliau melaksanakan Zhuhur dan Ashar ini secara jamak.

Jadi kalau Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam berangkat sebelum tibanya waktu Zhuhur maka Beliau berjalan terus-terus lalu Beliau berhenti ketika tiba waktu shalat Ashar, maka Beliau menjamak shalat Zhuhur dan Ashar di waktu Ashar. Ini adalah jamak ta’khir.

Adapun kalau Beliau berangkat setelah melewati waktu Zhuhur maka beliau shalat Zhuhur dan Ashar dahulu secara jamak baru kemudian Beliau berangkat. Ini adalah contoh dari Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Jadi di antara rukhshah yang Allāh berikan kepada para musafir adalah boleh menjamak shalat Zhuhur dan Ashar atau Maghrib dan Isya’ bisa dengan jamak taqdim bisa juga dengan jamak ta’khir.

Kemudian Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,

وَيَجُوزُ لِلْحَاضِرِ فِي المَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا فِي وَقْتِ الأُوْلَى مِنْهُمَا

Dan boleh juga bagi orang yang mukim untuk menjamak antara dua shalat tersebut di waktu shalat yang pertama ketika turun hujan.

Di antara sebab dibolehnya jamak antara dua shalat adalah turunnya hujan, yaitu hujan yang cukup deras. Dimana hujan itu sampai membasahi pakaian kita yang itu tentunya memberikan kesulitan tersendiri, menimbulkan kerepotan tersendiri. Maka di antara rukhshah yang diberikan oleh Islam adalah kita boleh menjamak shalat kita saat hujan turun.

Dasarnya adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim,

أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم صَلَّى سَبْعًا وَثَمَانِيًا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ، وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ‏ ‏فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلاَ سَفَرٍ

Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat di Madinah 7 raka'at dan 8 raka'at. 7 raka'at adalah Maghrib dan Isya’, 8 raka'at adalah Zhuhur dan Ashar dalam keadaan tidak ada khauf, tidak ada perang, juga tidak ada safar. Beliau menjamak ketika mukim. Kenapa? Kata Abu Ayyub,

لَعَلَّهُ فِي لَيْلَةٍ مَطِيرَةٍ

Mungkin itu dilakukan saat malam yang hujan.

Maka Ibnu Abbas mengatakan,

عَسَى

Iya semoga seperti itu.

Jadi hadits ini menunjukan bahwasanya di antara sebab yang membolehkan menjamak shalat adalah turunnya hujan. Namun kalau kita menjamak shalat karena hujan yang turun, syaratnya adalah kita melaksanakannya di waktu shalat yang pertama.

Jadi di waktu Zhuhur ketika menjamak Zhuhur dan Ashar juga di waktu Maghrib ketika kita menjamak shalat Maghrib dan Isya’. Tidak boleh melaksanakannya di waktu yang kedua. Tidak boleh melaksanakannya di waktu Ashar atau di waktu Isya’. Kenapa? Karena bisa jadi hujannya sudah berhenti sehingga ketika kita mengakhirkannya.

Jadi turun hujan di waktu Zhuhur kemudian kita mengatakan, “Oh nanti saja saya menjamak shalat ketika Ashar sudah tiba. Saya jamak ta’khir.” Di sini muncul masalah, karena bisa jadi hujannya sudah berhenti ketika nanti masuk waktu Ashar.

Sehingga dengan begitu kita sudah mengeluarkan shalat Zhuhur dari waktunya tanpa udzur. Begitu juga ketika kita mendapati ada hujan di waktu Maghrib. Kemudian kita mengatakan, “Oh nanti saya akan menjamaknya di waktu Isya’. Jamak ta’khir.” Maka bisa jadi saat Isya’ tiba hujannya sudah berhenti.

Tidak ada lagi alasan untuk melaksanakan jamak shalat dan dengan begitu kita sudah melakukan shalat Maghrib di luar waktunya tanpa ada suatu udzur.

Dan diantara udzur untuk melaksanakan jamak adalah sakit. Karena sakit ini lebih berat daripada hujan juga lebih berat daripada perjalanan jauh atau safar.

Barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat. Wallāhu ta’ālā a’lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم


•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+