🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS | 10 Shafar 1446 H | 15 Agustus 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-79
https://drive.google.com/file/d/1dBKaojxLBjL0KqR_s-dbX6W8ZWQgqYbB/view?usp=sharingBab Sunnah-Sunnah Shalat (Bag. 8)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.
Sunnah sunnah haiāt
Kali ini kita akan membahas tentang sunnah-sunnah shalat, yang ke-sepuluh adalah:
وَقَولِ سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ رَبَنَا لَكَ الحَمْدُ
Mengucapkan "Sami'allāhu liman hamidah rabbanā walakalhamdu" saat kita bangun dari ruku’ kita.
Dalilnya adalah hadits Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhu riwayat Al-Bukhari dan Muslim, beliau mengatakan,
وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَعَلَ مِثْلَهُ وَقَالَ " رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Dan kalau Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengucapkan "Sami'allāhu liman hamidah" beliau mengangkat kedua tangan beliau sampai sejajar dengan kedua pundak, kemudian beliau mengucapkan, "Rabbanā walakalhamdu".
Jadi i'tidal adalah rukun shalat tetapi mengucapkan, "Sami'allāhu liman hamidah rabbanā walakalhamdu", dalam madzhab Syafi'i hukumnya adalah sunnah.
Juga diperkuat oleh hadits Anas bin Malik radhiyallāhu ‘anhu bahwasanya beliau mengatakan,
وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Kalau imam mengucapkan, "Sami'allāhu liman hamidah", ucapkanlah oleh kalian, "Rabbanā walakalhamdu".
Maka ini adalah sunnah yang diajarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam saat kita bangun dari ruku’ kita.
Rukun yang ke-sebelas adalah:
وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
Mengucapkan tasbih saat ruku’ dan sujud.
Jadi ruku’nya rukun, sujudnya rukun, tidak boleh ditinggalkan. Tidak sah shalat kita kecuali dengan ruku’ dan sujud itu. Tapi bacaannya yaitu tasbih adalah sunnah.
Maka inilah kenapa sunnah-sunnah yang kita pelajari hari ini disebut sebagai sunnah haiāt (هَيْئَاتُ). Karena dia bukanlah sunnah yang berdiri sendiri tapi dia adalah sunnah-sunnah yang mengikuti rukun-rukun shalat.
Dia adalah sunnah-sunnah yang menjelaskan bagaimana sebenarnya bentuk pengamalan rukun-rukun itu, maka di sini dikatakan,
وَالتَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
Mengucapkan tasbih, mengucapkan subhānallāh (سُبْـحانَ اللهِ) atau yang semacamnya subhāna rabbiyal azhīm (سُبْـحانَ رَبِّـيَ الْعَظـيم), subhāna rabbiyal a’la (سُبْـحانَ رَبِّـيَ الأَعْلـى) saat kita ruku’ dan sujud.
Jadi bacaannya ini sunnah. Dia adalah sunnah yang ikut dengan ruku’ dan sujud. Sekali lagi ruku’nya adalah rukun, sujudnya adalah rukun tapi bersama ruku’ dan sujud ini ada sunnah yang mengikutinya yaitu membaca tasbih.
Dalilnya adalah hadits riwayat Muslim dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallāhu ‘anhu, beliau mengatakan,
صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ لَيْلَةٍ
Pada suatu malam saya shalat bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hadits ini disebutkan,
ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُول "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ"
Kemudian Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam ruku’ dan beliau mengucapkan,
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ.
فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ
Maka ruku’ beliau itu setara dengan qiyam beliau, panjangnya ruku’ beliau tidak jauh berbeda dengan panjangnya berdiri beliau dalam shalat.
ثُمَّ سَجَدَ فَقَال "سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى"
Kemudian beliau sujud dan mengucapkan subhāna rabbiyal a’la (سُبْـحانَ رَبِّـيَ الأَعْلـى), Maha Suci Allāh yang Maha Tinggi.
Dan sebelumnya Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung, Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi.
فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ
Maka sujud beliau tidak jauh bedanya, durasinya tidak jauh bedanya dengan waktu berdirinya beliau.
Di sini Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwasanya beliau mengucapkan subhāna rabbiyal azhīm (سُبْـحانَ رَبِّـيَ الْعَظـيم) dalam ruku’ beliau dan beliau mengucapkan subhāna rabbiyal a’la (سُبْـحانَ رَبِّـيَ الأَعْلـى) dalam sujud beliau.
Dan juga boleh kita mengucapkan dzikir-dzikir yang lain yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Misalnya
سُبْـحانَكَ اللّهُـمَّ رَبَّـنا وَبِحَـمْدِك اللّهُـمَّ اغْفِـرْ لي
(Maha suci Engkau Ya Allāh Tuhan kami dan dengan pujian kepada-Mu Ya Allāh ampuni aku).
Atau mengucapkan,
اللّهُـمَّ لَكَ رَكَـعْتُ وَبِكَ آمَـنْت، ولَكَ أَسْلَـمْت ، خَشَـعَ لَكَ سَمْـعي، وَبَصَـري ، وَمُخِّـي، وَعَظْمـي
Dalam ruku’ kita, ini semuanya dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan variasi bacaan ini termasuk ikhtilāfu tanawwu' (اختلاف التنوع), perbedaan pendapat yang sifatnya variatif, semuanya shahih dan yang hak dalam masalah ini tidak hanya satu, apapun yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam maka boleh kita untuk mengamalkannya.
Ini adalah sunnah yang ke-sebelas. Dan masih ada empat sunnah haiāt (هَيْئَاتُ) yang lain, karena waktu yang terbatas tidak bisa kita bahas pada kesempatan kali ini, insya Allāh kita akan merampungkannya pada pertemuan selanjutnya.
Demikian wallāhu ta’ālā a’lam.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment