🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 8 Shafar 1446 H | 13 Agustus 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-77
https://drive.google.com/file/d/1cbBngOXDLQB0wB5uDqizhLgBS7DAKtsG/view?usp=sharingBab Sunnah-Sunnah Shalat (Bag. 6)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.
Sunnah-sunnah haiāt
Kali ini kita akan membahas tentang sunnah- sunnah sholat. Sunnah yang ke-tujuh adalah
وَالتَّأْمِينُ
7. Mengucapkan āmīn (آمين) baik dalam shalat kita sendiri maupun dalam shalat berjama’ah.
Ini adalah sunnah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu. Beliau meriwayatkan dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا
Jika imam hendak mengucapkan āmīn (آمين) maka ucapkanlah āmīn (آمين).
فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Karena sesungguhnya barangsiapa yang ucapan āmīn_nya bertepatan dengan ucapan _āmīn dari para Malaikat diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Jadi dalam hadits ini, hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim ini, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk mengucapkan āmīn (آمين) setelah membaca,
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Jadi kalau imam mengucapkan wa lādhdhāllīn (وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ), sunnah bagi makmum untuk mengucapkan āmīn (آمين) dengan mengeraskan suara mereka sebagaimana dicontohkan oleh para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga kalau kita membaca dalam shalat kita saat sendirian
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Kita juga mengucapkan āmīn (آمين). Ini adalah sunnah dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dan mengucapkan āmīn (آمين) ini memiliki keutamaan yaitu kalau kita mengucapkannya bertepatan dengan pengucapan para Malaikat akan diampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. Masya Allāh hanya dengan mengucapkan āmīn (آمين) saja kita mendapatkan keutamaan besar.
Bagaimana caranya agar ucapan āmīn (آمين) kita bertepatan dengan ucapan āmīn (آمين) para Malaikat? Jawabannya diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah ini
إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوا
Jika imam hendak mengucapkan āmīn (آمين) maka hendaklah kalian mengucapkan āmīn (آمين) juga.
Di sini diisyaratkan bahwasanya dalam pengucapan āmīn (آمين) ini imam dan makmum kompak. Pada dasarnya imam itu mengamalkan amalan shalat sebelum makmum. Jadi saat takbir, imam takbir dulu baru kemudian makmum, saat ruku’ imam ruku’ dulu baru kemudian makmumnya ikut ruku’. Tapi dalam mengucapkan āmīn (آمين) mereka bersama-sama mengucapkannya.
Ibnu Syihab Az-Zuhri rahimahullāhu ta’ālā mengatakan, “Jika imam akan mengucapkan āmīn (آمين) maka ucapan kalian āmīn (آمين)”, sehingga ucapan āmīn (آمين)-nya makmum akan menepati ucapan āmīn (آمين)-nya imam. Ini yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Jadi bisa dikatakan bahwasanya pengucapan āmīn (آمين) ini adalah kondisi di mana imam dan makmum mengucapkannya bersama-sama dengan kompak dan itulah yang dimaksud menepati āmīn-nya para malaikat. Kalau kita sudah bersama-sama dengan imam dalam mengucapkan āmīn (آمين) maka in sya Allāh itu yang disebut sebagai menepati āmīn-nya para Malaikat.
Karena juga pengucapan āmīn (آمين) ini untuk doa. Jadi kita mengucapkan āmīn (آمين) itu setelah doa,
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ
Maka ini yang akan kita amini. Jadi yang kita amini sebagai makmum itu bukan āmīn (آمين)-nya imam tapi kita mengamini do'anya imam. Sehingga konsekuensinya kita akan mengucapkan āmīn (آمين) ini bersama dengan imam.
Dan hal ini menuntut kita untuk senantiasa siaga, waspada tidak lalai jangan sampai kita mengucapkan āmīn (آمين) baru beberapa detik misalnya sudah lewat setengah menit dari bacaan imam. Ini berarti kita tidak siaga, kita tidak khusyuk dalam shalat kita. Kalau kita khusyuk dalam shalat, kita akan siaga.
Begitu imam mengucapkan wa lādhdhāllīn (وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ) kita segera mengucapkan āmīn (آمين) bersama dengan imam tersebut. Dan itulah yang dimaksud dengan menepati āmīn (آمين)-nya para Malaikat dan itu yang membuat kita bisa mendapatkan pahala besar yang sudah disebutkan tadi, yaitu dosa-dosa kita yang telah lalu akan diampuni oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā hanya dengan sekedar mengucapkan āmīn (آمين) saja. Walhamdulillāh.
Demikian wallāhu ta’ālā a’lam
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلموآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment