Audio ke-183 Muqaddimah Beriman Kepada Takdir Allah

Audio ke-183 Muqaddimah Beriman Kepada Takdir Allah
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 13 Jumadal Ula 1445 H | 27 November 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-183

📖 Muqaddimah

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحاب ومن ولاه

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allāh Azza Wa Jalla atas limpahan nikmat dan anugerah-Nya yang tidak terhingga dan tidak terhitung. Sehingga pada kesempatan kali ini, kembali kita dipertemukan oleh Allāh Azza Wa Jalla untuk melanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala.

Dan kita sudah menyelesaikan 5 rukun iman, dan In syaa Allāh kita lanjutkan dengan rukun iman yang terakhir yang ke-6, yaitu beriman dengan takdir.

Beliau mengatakan (Rahimahullahu Ta'ala)

فصل
Pasal yang baru.

ونؤمن بالقدر خيره وشره وهو تقدير الله تعالى للكائنات حسبما سبق به علمه واقتضته حكمته

Dan kita, yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah beriman (percaya dengan takdir Allāh), yang baik maupun yang buruk. Semuanya adalah dari Allāh, baik yang dia adalah خير maupun yang شر . Dan dia adalah takdir Allāh, penentuan Allāh untuk seluruh yang ada. Sesuai dengan apa yang sudah berlalu ilmu-Nya (yaitu ilmu Allāh Azza Wa Jalla) dan sesuai dengan hikmah Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

Jadi apa yang Allāh takdirkan, yang Allāh tentukan di dunia ini maka itu adalah berdasarkan ilmu Allāh sebelumnya. Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya.

Dan keyakinan kita bahwasanya di dalam takdir tadi , yang خير maupun yang شر, yang baik maupun yang buruk, pasti di sana ada hikmah. Allāh Subhanahu Wa Ta'ala memiliki حكمة بالغة.

Allāh Subhanahu Wa Ta'ala memiliki hikmah yang dalam. Allāh Subhanahu Wa Ta'ala tidaklah mentakdirkan sesuatu عبشا (dalam keadaan sia-sia), tidak ada manfaatnya, tidak ada faedahnya. Allāh Subhanahu Wa Ta'ala apabila mentakdirkan pasti di sana ada hikmah dan juga faedah.

Maka ini secara umum, kita Ahlus Sunnah wal Jama'ah beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk semuanya adalah ditakdirkan oleh Allāh Azza Wa Jalla. Dan bahwasanya apa yang Allāh takdirkan ini sesuai dengan ilmu Allāh sebelumnya dan dia adalah berdasarkan ilmu, berdasarkan hikmah.

Beriman dengan takdir selain dalilnya adalah hadits Jibril, yang masyhur, yang sering kita ulang.

أَنْ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.” [HR Imam Muslim, shahih].
Dan disebutkan bahwasanya di zaman Abdullah ibn Umar muncul golongan yang mereka mengingkari takdir. Sehingga datang 2 orang tabi'in dan saat itu Abdullah ibn Umar, beliau berada di Masjidil Haram dan 2 orang tabi'in ini melihat di daerahnya (kalau tidak salah di Bashrah), muncul kelompok yang mereka mengingkari takdir Allāh. Mereka mengatakan bahwasanya, “Allāh tahu setelah terjadinya, adapun sebelum terjadinya maka Allāh tidak mengetahuinya.” Merekalah orang-orang Qadariyah.

Abdullah ibn Umar Radhiyallahu Ta'ala Anhuma, ketika beliau diceritakan tentang kondisi dan aqidah dari Qadariyah ini maka beliau mengatakan, “kabarkan kepada mereka bahwasanya Abdullah ibn Umar berlepas diri dari mereka dan merekapun berlepas diri dari Abdullah ibn Umar.”

Abdullah ibn Umar berlepas diri, tidak pernah mengajarkan yang demikian. Dan para sahabat semuanya di antara mereka yang mengajarkan yang demikian. Ajaran yang sesat yang menyatakan bahwa Allāh Subhanahu Wa Ta'ala tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadinya.

Kemudian Beliau Radhiyallahu Ta'ala Anhu mengatakan, “bahwasanya Allāh tidak akan menerima dari mereka, amalan mereka sampai mereka beriman dengan takdir.” Menunjukkan kepada kita bagaimana bid'ah tentang Qadariyah ini sudah lama muncul.

Kemudian Abdullah ibn Umar saat itu langsung menceritakan kepada 2 orang tabi'in ini apa yang dia ketahui dari bapak Beliau yaitu Umar ibn Khattab. Beliau menyebutkan hadits Jibril yang isinya adalah di antaranya pernyataan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang rukun iman yang 6. Di antaranya adalah beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.

Kemudian di sana ada beberapa ayat yang juga dijadikan dalil oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah atas wajibnya beriman dengan takdir. Dan bahwasanya seluruh apa yang diciptakan oleh Allāh adalah dengan takdir. Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan,

إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.” [QS Al-Qamar: 49]
Dan Allāh mengatakan di sini كُلَّ شَىْءٍ . Berarti yang baik maupun yang buruk. Kalau itu adalah ciptaan Allāh maka Allāh Subhanahu Wa Ta'ala yang mentakdirkan sebelumnya.

إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ

Demikian pula firman Allāh Azza Wa Jalla,

وَخَلَقَ كُلَّ شَىْءٍ فَقَدَّرَهُۥ تَقْدِيرًا
“Dan Allāh Subhanahu Wa Ta'ala, Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Maka Dialah yang mentakdirkan dengan sebenar-benar takdir.” [QS Al-Furqan: 2]
Dan Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan,

وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ قَدَرًا مَّقْدُورًا
“Dan urusan Allāh, adalah sesuatu yang ditakdirkan.” [QS Al-Ahzab: 38]
Ini semua menunjukkan tentang bahwasanya segala sesuatu sudah ditentukan dan ditakdirkan oleh Allāh Azza Wa Jalla.

Oleh karena itu, kewajiban bagi kita adalah beriman. Beriman bahwasanya hanya Allāh Subhanahu Wa Ta'ala, Dialah yang mentakdirkan, baik perkara yang baik, ataupun perkara yang buruk yaitu musibah.

In syaa Allāh akan kita lanjutkan pembahasan ini pada kesempatan yang akan datang. Semoga Allāh Subhanahu Wa Ta'ala memudahkan.

وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Post a Comment for "Audio ke-183 Muqaddimah Beriman Kepada Takdir Allah"