Dampak Negatif Dosa Dan Maksiat

Dampak Negatif Dosa Dan Maksiat
A. Mudharat Yang Ditimbulkan Oleh Dosa Dan Maksiat 

Merupakan perkara yang wajib diketahui oleh setiap muslim, bahwa dosa dan maksiat memiliki dampak yang merugikan. Bahaya maksiat bagi hati laksana bahaya racun bagi tubuh, yaitu memiliki tingkatan yang beragam. Disamping maksiat adalah kehinaan didunia dan di akherat.


1. Bukankah karena dosa dan maksiat ayah dan ibu kita, yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam dan istrinya hawa diusir dari surga yang penuh kenikmatan menuju tempat yang penuh penderitaan, kesedihan, dan musibah (bumi)?

2. Bukankah karena dosa Iblis terusir dari kerajaan langit, menjadi makhluk yang terlaknat? Kedekatan Iblis dengan Allah menjadi jauh; rahmat menjadi laknat; keindahan menjadi keburukan; surga menjadi neraka yang berkobar-kobar; iman menjadi kekufuran. Sehingga jadilah Iblis lambang kejahatan bagi kefasikan dan kekufuran, yang sebelumnya menjadi ahli ibadah dan hamba yang mulia.

3. Bukankah dosa yang menyebabkan tenggelamnya penduduk bumi, hingga air menutupi puncak-puncak gunung?

4. Bukankah karena dosa dan maksiat sehingga Allah mengirimkan angin kepada kaum ‘Ad, hingga mayat-mayat mereka bergelimpangan dimuka bumi laksana pohon kurma yang lapuk?

5. Bukankah dosa sebab Allah mengirimkan suara yang menggelegar kepada kaum Tsamud, hingga memangkas habis dan membinasakan mereka?

 6. Bukankah karena dosa dan maksiat sehingga Allah membolak-balikan desa kaum Luth ‘alaihissalam dari atas menjadi bawahnya, kemudian Allah menghujani mereka dengan batu-batu meteor dari langit. Sengguh adzab mengerikan yang belum pernah dijatuhkan kepada umat-umat sebelumnya.

7. Bukankah karena dosa Allah mengutus awan laksana naungan yang berlapis-lapis kepada kaum Syu’aib ‘alaihissalam, hingga tatkala sudah sampai dikepala mereka turunlah hujan api yang menyala-nyala?

8. Bukankah dosa yang menyebabkan Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya kedalam lautan? Sedangkan arwah mereka dineraka Jahannam. Jasad mereka tenggelam namun nyawa mereka terbakar.

9. Bukankah dosa yang menyebabkan Qarun tenggelam dengan istana dan hartanya?

10. Dosa juga yang menyebabkan Bani Israil ditimpa dengan berbagai macam hukuman? Terkadang dengan pembunuhan, perbudakan, hancurnya negeri, munculnya para raja dzalim yang memerangi mereka, dilaknatny mereka menjadi kera dan babi, sampai akhirnya Rabb Ta’ala bersumpah,

 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذابِ 

Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya...” (Al-A’raf: 167)

Itu semua adalah akibat dari dosa yang mereka lakukan. Hendaklah peristiwa yang telah berlalu cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang setelahnya. Karena orang yang baik adalah yang mampu mengambil pelajaran dari orang lain dan bukan menjadi pelajaran yang jelek bagi generasi setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ 

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa sebab dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-‘Ankabut: 40)

11. Maksiat juga penyebab umat ini akan diadzab oleh Allah.
Disebutkan dalam Musnad ahmad(1), dari Ummu Salamah ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Jika tampak jelas berbagai macam kemaksiatan pada umatku, maka Allah akan menyamaratakan adzab disisi-Nya kepada mereka semua.” Kemudian aku (Ummu Salamah) berkata, ‘Bukankah ada orang-orang shaleh diantara mereka?’ Beliau menjelaskan, “Mereka juga ditimpa bencana saat itu seperti halnya yang lain, tetapi mereka akan mendapatkan ampunan dan keridho’an dari Allah.”

12.  Maksiat dan dosa adalah faktor berkuasanya musuh-musuh Islam atas kaum muslimin.

Dari tsauban radhiyallahu’anhu, ia mengatakan,

 «يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا» ، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ» ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ» 

Hampir-hampir umat-umat lain akan menyerang kalian dari berbagai penjuru, sebagai mana orang-orang yang kelaparan meyerbu piring besar yang berisi makanan.” Kami bertanya, ‘Apakah karena jumlah kita yang sedikit keryika itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjwab, “Pada waktu itu, jumlah kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang diterpa air bah. Rasa gentar telah dicabut dari musuh-musuh kalian dan hati kalian ditimpa wahn.” Para shahabat bertanya, ‘Apa yang dimaksud dengan wahn?’ Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan benci mati.”(2)

13. Ghibah dan menodai kehormatan seorang muslim adalah sebab datangnya adzab.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ 

Ketika dinaikkan kelangit dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, aku melewewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakari muka dan dada mereka sendiri dengan kuku tersebut.” Lalu, aku bertanya, “Wahai Jibril, siapakah mereka?’ Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan menodai kehormatan mereka.”(3)

14. Empat maksiat yang membinasakan dan ditakutkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara yang aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menjumpainya.
  • Tidaklah tampak suatu perbuatan keji (zina) dalam suatu kaum, sampai-sampai mereka melakukannya secara terang-terangan, melainkan mereka akan ditimpa suatu cobaan dengan bebagai wabah tha’un dan penyakit yang belum pernah dialami oleh umat-umat sebelum mereka. 
  • Tidaklah suatu kaum mengurangi suatu takaran atau timbangan, melainkan mereka akan ditimpa kecelakaan berupa kekeringan selama bertahun-tahun, paceklik, dan penguasa yang zalim. 
  • Tidaklah suatu kaum menolak membayar harta zakat yang mereka miliki, melainkan akan ditahan curah hujan dari langit; sekiranya bukan karena binatang ternak, niscaya tidak akan turun hujan kepada mereka. 
  • Tidaklah suatu kaum melanggar janji, melainkan Allah akan menjadikan musuh, yang bukan dari golongan mereka, lantas musuh-musuh itu mengambil sebagian (harta) yang ada pada mereka. 
  • Tidaklah para pemimpin mereka mengabaikan apa yang Allah tirunkan dalam kitab-Nya, melainkan Allah akan memjadikan mereka saling bermusuhan.”(4)
15.  Kikir, terlena dengan dunia dan meninggalkan jihad adalah sebab kehinaan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 «إِذَا ضَنَّ النَّاسُ بِالدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيرِ وَتَبَايَعُوا بِالْعِينَةِ وَاتَّبَعُوا أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَتَرَكُوا الْجِهَادَ، بَعَثَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ذُلًّا، ثُمَّ لَا يَنْزِعُهُ عَنْهُمْ، حَتَّى يُرَاجِعُوا دِينَهُمْ»  

Jika manusia telah kikir dengan dengan dinar dan dirhamnya, berjual beli dengan ‘inah, mengikuti ekor-ekor sapi, serta meninggalkan jihad fii sabiilillaaah, maka Allah akan menurunkan bencana kepada mereka. Bencana tersebut tidak akan dihilangkan-Nya hingga manusia kembali kepada agama mereka.”(5)

16.  Riba’, pembunuhan, dan homoseksual adalah sebab datangnya adzab.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

..Tidaklah riba tampak pada suatu kaum, melainkan Allah akan menjadikan mereka dikuasai kegilaan. Tidaklah pembunuhan tampak pada suatu kaum, sebagian mereka membunuh sebagian yang lain, melainkan Allah akan memberikan kekuasaan kepada musuh mereka. Tidaklah perbuatan kaum Luth tampak pada suatu kaum, melainkan tanah longsor tampak pada mereka..”(6)

17. Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar adalah sebab turunnya adzab.

 Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

Sesungguhnya manusia jika melihat orang zhalim lantas ia tidak mencegahnya (dalam lafadz lain disebutkan: Jika mereka melihat kemingkaran lantas tidak mengubahnya), maka hampir-hampir Allah menimpakan adzab secara menyeluruh dari sisi-Nya kepada mereka.”(7)

18. Berdakwah kepada kebaikan namun tidak mengamalkannya juga merupakan faktor turunnya adzab dari Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

Ada seseorang didatangkan pada hari kiamat, lalu dilemparkan keneraka. Ususnya terurai, lantas ia berputar seperti keledai yang berputar pada batu penggiling gandum. Para penghuni neraka pun berkumpul disekitarnya, kemudian bertanya, “Wahai Fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu menyuruh kami berbuat baik dan mencegah kami dari berbuat munkar?” maka ia menjawab, ‘Dahulu aku menyuruh kalian berbuat baik, namun aku tidak mengamalkannya. Aku pun mencegah kalian dari kemungkaran, namun aku melakukannya.”(8)

19. Meremehkan dosa-dosa kecil adalah sebab kebinasaan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ

 “Berhati-hatilah kalian dari meremehkan dosa, sesungguhnya dosa itu bisa bertumpuk-tumpuk pada diri seseorang hingga membinasakannya.”(9)

20. Bahkan berbuat sewenang-wenang kepada binatang pun bisa menyebabkan datangnya adzab. 

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 «عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا، إِذْ حَبَسَتْهَا، وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ» 

“Seorang wanita diadzab karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati. Wanita itu masuk neraka karena tidak memberi makan dan minum kepada kucing tersebut, serta tidak pla melepaskannya, agar hewan tersebut dapat memakan serangga tanah.”(10)

 B. Dampak-dampak Buruk Maksiat 

Maksiat mempunyai dampak yang amat buruk serta membahayakan bagi hati dan badan, baik di dunia maupun di akherat. Dan tidak ada yang mengeahui kadar jumlahnya kecuali hanya Allah semata. Diantara dampak-dampaknya antara lain: 

1. Dosa menghalangi seorang dari memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Karena ilmu merupakan cahaya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala letakkan pada hati seseorang, sedangkan maksiat yang akan meredupkan cahaya tersebut. Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu duduk di hadapan gurunya, Al-Imam Malik rahimahullah, sang guru melihat kesempurnaan pemahaman Asy-Syafi’i rahimahullah. Maka ia berpesan kepadanya: “Sungguh, aku memandang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meletakkan pada hatimu cahaya, maka janganlah kau padamkan dengan gelapnya kemaksiatan.” 

Imam Asy-Syafi’i juga berkata dalam sya’irnya:

 شَكَوْتُ إِلَى وكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ * فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيْ وَقَالَ إِعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ فَضْلٌ * وَفَضْلُ اللَّهِ لاَ يُؤْتَاهُ عَاصٍ 

Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku dia menasehatiku agar aku meninggalkan maksiat diapun berkata, ‘ketahuilah sesungguhnya ilmu itu karunia dan karunia Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.(11)

2. Maksiat menyebabkan seorang terhalang dari rizki.

 Sebagaimana sebaliknya yaitu takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendatangkan rizki.

Allah berfirman,

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ 

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..” (At-Thalaq: 2-3)

3. Adanya kegersangan pada hati orang yang berbuat maksiat dan kesenjangan antara dia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 Hal itu tidaklah dirasakan kecuali oleh orang yang hatinya masih hidup, sebagaimana disebutkan dalam sebuah sya’ir:

 وَمَا لِجُرْحٍ بِمَيِّتٍ إِيلَامٌ 

Luka tidak akan menyakitkan orang yang sudah mati

Berkata seorang yang bijak:

 إِذَا كُنْتَ قَدْ أَوْحَشَتْكَ الذُّنُوبُ ... فَدَعْهَا إِذَا شِئْتَ وَاسْتَأْنِسِ 

Apabila engkau sudah merasa hampa karena dosa Maka tinggalkanlah ia, jika kamu mau, dan raihlah kebahagiaan. 

4. Disulitkan segala urusannya

Para pelaku maksiat, tidaklah ia menghadapi suatu urusan, malainkan ia akan menghadapi berbagai macam kesulitan dan kebuntuan. Allah berfirman,

 وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً 

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Thaha: 124)

 Seandainya ia bertaqwa pastilah segala urusannya akan dipermudah. Allah berfirman,

 وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً 

 “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)

5. Maksiat menyebabkan kegelapan di hati pelakunya

Pelaku kemaksiatan akan merasakan kegelapan di hatinya sebagaimana gelapnya malam yang sudah larut. Hal itu dikarenakan ketaatan adalah cahaya, sementara maksiat adalah kegelapan.

Berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu,Sesungguhnya kebaikan mempunyai sinar di wajah, cahaya di hati, kelapangan dalam rizki, kekuatan pada tubuh, serta mendapatkan kecintaan di hati para makhluk. Sesungguhnya kejelekan memiliki tanda hitam diwajah, kegelapan di hati, kelemahan pada tubuh, kekurangan pada rizki, serta kebencian di hati para makhluk.”

6. Maksiat menghalangi seseorang untuk melakukan ketaatan

Banyak sekali ketaatan terlewatkan karena perbutan maksiat, padahal suau ketaatan itu lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Hal ini ibara seseorang yang menyantap suatu hidangan kemudian ia menjadi sakit berkepanjangan sehingga ia tidak bisa lagi menikmati berbagai macam hidangan yang lainnya yang bisa jadi lebih enak dari pada hidangan tadi. Wallahul Musta’an.

7. Maksiat akan menghilangkan keberkahan umur seseorang

Oleh karena itu Allah berfirman tentang para pelaku dosa dan maksiat tentang bagaimana penyesalan mereka di akherat kelak,

 يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَياتِي “...

Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal sholeh) untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24)

Apabila seseorang tidak memiliki visi unuk beramal demi kemaslahatan dunia dan akheratnya, maka ia akan binasa dan umurnya terbuang sia-sia.

8. Maksiat akan melahirkan kemaksiatan yang lain

Kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan yang lainnya hingga pelaunya merasa sulit untuk meninggalkan dan berlepas diri dari maksiat tersebut.

 Sebagian salaf mengatakan, “Hukuman dari keburukan adalah keburukan yang setelahnya, sedangkan ganjaran dari kebaikan adalah munculnya kebaikan setelahnya. Jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka kebaikan laian akan berkata kepadanya: ‘amalkan aku juga.’ Apabila ia mengamalkannya, maka kebaikan yang lain akan mengamalkan seperti itu juga, demikian seterusnya. Hingga, berlipat gandalah keuntungan dan bertambahlah kebaikan. Demikian pula dengan maksiat. Hal itu akan terus berlangsung hingga ketaatan atau kemaksiatan menjadi suatu karakter yang tetap dan melekat pada diri seseorang.

9. Maksiat menyebabkan hati tidak lagi menganggap sesuatu yang jelek sebagai keburukan.

Seorang yang berlumuran dengan perbuatan maksiat, maka ia tidak lagi peduli dengan pandangan manusia yang menganggap dirinya buruk, ataupun komentar jelek mereka terhadapnya. Bahkan sebagian mereka malah berbangga dan idak malu lagi menceritakan maksiat yang mereka kerjakan. Manusia seperti ini adalah manusia yang tidak di maafkan. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا المُجَاهِرِينَ، وَإِنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَيَقُولَ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ 

 “Setiap umatku dimaafkan kecuali Al-Mujahirun(12). Termasuk sikap menampakkan maksiat adalah Allah telah menutupi (maksiat) yang ada pada hambanya (di malam hari), kemudian di pagi harinya ia menampakkannya dan mengatakan, ‘Wahai Fulan, pada hari ini dan itu aku telah melakukan perbutan ini dan itu.’ Ia membongkar kejelekan dirinya sendiri, padahal pada malam hari Rabbnya telah menutupinya.”(13)

Berkata Abdullah bin Mas’ud, “sesungguhnya seorang mu’min melihat dosa-dosanya seolah-olah ia sedang berada di kaki gunung; ia takut kalau gunung tersebut menimpanya. Adapun orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, ia pun mengibasnya, sehingga pergilah lalat tersebut.”(14)

10. Maksiat akan menyebabkan kesialan.

Diantara dampak kemaksiatan adalah adalah kesialan, baik yang menimpa diri seorang yang berbuat maksiat ataupun akan berdampak kepada makhluk yang lain.

 Berkata Abu Hurairah,

 إِنَّ الْحُبَارَى لَتَمُوتَ فِي وَكْرِهَا مِنْ ظُلْمِ الظَّالِمِ 

 “Sungguh burung Hubara (yang panjang lehernya) bisa mati dalam sarangnya disebabkan kezaliman orang yang zalim.”(15)

Oleh karena itu berkata sebagian salaf, “Sesungguhnya apabila aku berbuat maksiat, maka aku mendapatkan kesialan dalam kendaraanku dan sikap istriku.”

11. Maksiat mewariskan kehinaan

Kemaksiatan itu mewariskan kehinaan, dikarenakan kemuliaan hanyalah di dapat dengan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman,

 مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا 

 “Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semua...” (Fathir: 10)

Artinya carilah kemuliaan dengan mentaati Allah. Sebab, seseorang tidak akan mendapatkan kemuliaan melainkan dengan ketaatan kepada-Nya.

 Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي 

 “Dijadikan kehinaan dan kerendahan atas orang yang meyelisihi perintahku.”(16)

Oleh karena itu sebagian salaf berdo’a:

 اللَّهُمَّ أَعِزَّنِي بِطَاعَتِكَ وَلَا تُذِلَّنِي بِمَعْصِيَتِكَ 

 “Ya Allah muliakanlah aku dengan mentaati-Mu dan janganlah hinakan aku dengan mendurhakai-Mu.”(17)

Berkata Abdullah bin Al-Mubarak:

 أَيْتُ الذُّنُوبَ تُمِيتُ الْقُلُوبَ ... وَقَدْ يُورِثُ الذُّلَّ إِدْمَانُهَا وَتَرْكُ الذُّنُوبِ حَيَاةُ الْقُلُوبِ ... وَخَيْرٌ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا 

 Aku melihat bahwa dosa itu mematikan hati Dan kecanduan dengannya mewariskan kehinaan Sedangkan meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati Maka lebih baik bagimu untuk meninggalkan maksiat

12. Kemaksiatan akan mematikan hati

Diantara dampak buruk maksiat adalah pelakunya akan mati hatinya dan terkunci hatinya, akhirnya ia menjadi orang yang lalai dan tidak mau menerima kebenaran. Allah berfirman,

 كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 

 “Sekali-kali tidak (demikian), sesungguhnya apa yang mereka selalu usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifun: 14)

Berkata Al-Hasan Al-Bashri, “Itu adalah dosa diatas dosa hingga membutakan hati.”(18)

Apabila telah bertumpuk kemaksiatan, maka hati pun akan berkarat, semakin lama karat tersebut bertambah sehingga akan membuat hati menjadi tertutup. Sehingga ia akan jauh dari petunjuk dan menjadi bulan-bulanan bagi musuh.

13. Maksiat adalah sebab datangnya berbagai macam kerusakan di muka bumi

Maksiat itu berdampak pada kerusakan di muka bumi, baik di udara, air, pertanian, buah-buhan, maupun tempat tinggal. Allah berfirman,

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41)

Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’ala menyatakan bahwa semua kerusakan yang terjadi di muka bumi, dalam berbagai bentuknya, penyebab utamanya adalah perbuatan buruk dan maksiat yang dilakukan manusia. Maka ini menunjukkan bahwa perbuatan maksiat adalah inti “kerusakan” yang sebenarnya dan merupakan sumber utama kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi.

 Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi berkata, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah Ta’ala).”(19)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

 وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ 

 “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS asy-Syuura:30).

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Allah Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat) yang pernah mereka lakukan…”(20)

 Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون 

 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS al-A’raaf: 96).

 Artinya: Kalau saja mereka beriman dalam hati mereka dengan iman yang benar dan dibuktikan dengan amalan shaleh, serta merealisasikan ketakwaan kepada Allah lahir dan batin dengan meninggalkan semua larangan-Nya, maka niscaya Allah akan membukakan bagi mereka (pintu-pintu) keberkahan di langit dan bumi, dengan menurunkan hujan deras (yang bermanfaat), dan menumbuhkan tanam-tanaman untuk kehidupan mereka dan hewan-hewan (ternak) mereka, (mereka hidup) dalam kebahagiaan dan rezki yang berlimpah, tanpa ada kepayahan, keletihan maupun penderitaan, akan tetapi mereka tidak beriman dan bertakwa maka Allah menyiksa mereka karena perbuatan (maksiat) mereka”(21)

14. Maksiat menghilangkan rasa malu

 Di antara dampak maksiat adalah menghilangkan malu yang merupakan sumber kehidupan hati dan inti dari segala kebaikan. Hilangnya rasa malu, berarti hilangnya seluruh kebaikan. Ini sebagaimana sabda Nabi

 اَلْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ 

 “Rasa malu seluruhnya adalah kebaikan”(22)

Oleh karena itu, seseorang yang bermaksiat dan terus menerus melakukannya, dikatakan sebagai orang yang tidak tahu malu. Nabi bersabda

 «إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسَ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ» 

 “Sesungguhnya termasuk yang pertama diketahui manusia dari ucapan kenabian adalah jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu!”(23)

Maksudnya, dosa-dosa akan melemahkan rasa malu seorang hamba, bahkan bisa menghilangkannya secara keseluruhan. Akibatnya, pelakunya tidak lagi terpengaruh atau merasa risih saat banyak orang mengetahui kondisi dan perilakunya yang buruk. Lebih parah lagi, banyak di antara mereka yang menceritakan keburukannya. Semua ini disebabkan hilangnya rasa malu. Jika seseorang sudah sampai pada kondisi tersebut, tidak dapat diharapkan lagi kebaikannya.

 C. MENJAGA KESUCIAN DIRI 

 Haramnya Zina Dan Wajibnya Menjaga Kemaluan 

1. Zina adalah perbuatan keji dan munkar

 وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا 

 “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, karena itu adalah perbuatan keji dan jalan yang jelek.” (QS. Al Isro’ : 32)

2. Zina adalah diantara dosa yang banyak memasukkan kedalam api neraka.

 Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda tentang suatu perkara yang banyak memasukkan seseorang kedalam neraka maka beliau bersabda,

 «الفَمُ وَالفَرْجُ» 

 mulut dan kemaluan.”(24)

3. Zina sebab seorang boleh dibunuh.

 Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ، إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ: الثَّيِّبُ الزَّانِي، وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ، وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ 

Tidak halal darah seorang muslim, melainkan di sebabkan oleh satu dari tida perkara: (1) Tsayyib(25) yang berzina, (2) nyawa dibalas dengan nyawa(26), (3)orang yang meninggalkan agamanya sekaligus memisahkan diri dari jama’ahnya.”(27)

4. Perbuatan zina ini sebagaimana bertentangan dengan syara’, juga bertentangan dengan akal sehat, sampaipun akalnya para binatang.

Perhatikanlah kisah kisah berikut ini:

 عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ قَالَ رَأَيْتُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ قِرْدَةً اجْتَمَعَ عَلَيْهَا قِرَدَةٌ قَدْ زَنَتْ فَرَجَمُوهَا فَرَجَمْتُهَا مَعَهُمْ 

Dari Amr bin Maimum berkata : “Saya melihat pada zaman jahiliyyah kera-kera mengepung seekor kera yang berzina. Lalu mereka merajamnya , maka saya pun ikut merajamnya.”(28)

5. Diantara tanda-tanda hari kimat adalah meyebar luasnya perzinaan.

 Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، وَيَكْثُرَ الجَهْلُ، وَيَكْثُرَ الزِّنَا، وَيَكْثُرَ شُرْبُ الخَمْرِ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ 

 “Diantara tanda-tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu, tampaknya kebodohan, ramainya peminum khamr, merebaknya perzinaan, sedikitnya pria dan banyaknya wanita. Sampai-sampai, limapuluh orang wanita diurus oleh seorang pria.”(29)

6. Zina adalah sebab kehancuran suatu kaum dan negeri

Berkata Abdullah bin Mas’ud, “Tidaklah nampak zina dan riba pada suatu daerah, melainkan Allah telah mengizinkan suatu kehancurannya.”(30)

7. Zina adalah sebab diperolehnya hukuman.

Oleh karena itu Alloh menjadikan hukuman perbuatan zina ini sangat berat, lebih berat dari pada hukuman pembunuhan, pencurian dan lainnya. Bagi orang yang muhshon (sudah pernah menikah secara halal) maka hukumannya adalah dirajam sampai meninggal dunia sedangkan bagi yang belum menikah maka dicambuk seratus kali lalu diasingkan selama setahun.

 Alloh Ta’ala berfirman :

 الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ واحِدٍ مِنْهُما مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِما رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ  

Perempuan yang berzina dengan laki-laki yang berzina, maka cambuklah keduanya seratus kali cambukan, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Alloh.” (QS. An Nur : 2)

Dari Jabir bin Abdillah al Anshori berkata, bahwasanya ada seseorang dari kabilah Aslam datang kepada Rosululloh shallallahu’alaihi wasallam dan mengatakan bahwa dirinya telah berzina, dan dia bersaksi empat kali atas hal itu, maka Rosululloh memerintahkannya untuk dirajam. Dan dia itu adalah seorang yang muhshon.” (31)

8. Merebaknya perzinaan adalah sebab munculnya berbagai macam penyakit

 Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا 

 “Tidaklah suatu perbuatan zina menyebar pada suatu kaum, sampai-sampai mereka melakukannya secara terang-terangan kecuali akan menyerang mereka wabah tha’un dan berbagai macam penyakit yang tidak dialami oleh umat-umat terdahulu.”(32)

9. Rosululloh shallallahu’alaihi wasallam juga menafikan nama iman bagi orang yang berzina, sebagaimana beliau bersabda,

 لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ 

 “Tidaklah seorang hamba berzina saat dia berzina dalam keadaan beriman.”(33)

 Artinya keimanannya sangatlah lemah.

 Kerusakan homoseks merupakan salah satu kerusakan terbesar

1. Allah mensifati orang-orang yang berbuat homoseks adalah orang-orang yang melampaui batas. sebagaimana firman-Nya,

 بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ 

 “...malah kamu adalah kaum yang melampaui batas.” (Al-A’raf: 81)

2. Homoseks mengumpulkan segala kekejian.

 Allah berfirman,

 وَلُوطاً إِذْ قالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِها مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعالَمِينَ 

 “Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" (Al-A’raf: 80)

Allah menyebutkan zina dengan kata nakirah (fakhisyah) –yang berarti zina termasuk perbuatan keji- namun Allah menyebutkan homoseks secara ma’rifah (al-fakhisyah), yang berarti homoseks mengumpulkan seluruh perbutan keji.

3. Allah menimpakan berbagai macam hukuman kepada kaum Nabi Luth ‘alaihissalam yang melakukan homoseks. Allah menyiksa kaum Luth dengan beberapa siksaan:

  • Allah butakan penglihatan mereka [lihat surat Al-Qamar: 37] 
  • Allah membalikkan desa mereka permukaan atas menjasi permukaan bawah. [Al-Hijr: 74] 
  • Allah menghujani mereka dengan meteor dari langit. [Al-Hijr: 74] 
  • Allah mengutus suara yang menggelegar kepada mereka. [Al-Hijr: 73]. 



4. Allah menjadikan kaum Luth sebagai lambang kebejatan bagi umat manusia, pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa, dan adzab bagi orang-orang yang berbuat kejahatan. Allah berfirman,

 إِنَّ فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِلْمُتَوَسِّمِينَ * وَإِنَّها لَبِسَبِيلٍ مُقِيمٍ* إِنَّ فِي ذلِكَ لَآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ* 

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan Sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Hijr: 75-77)

4. Hukuman bagi pelaku homoseks adalah dibunuh.

 Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ، وَالْمَفْعُولَ بِهِ 

 “Barang siapa yang mendapati orang yang melakukan perbuatan kaum Luth maka bunuhlah pelaku dan objeknya.”(34)

Para Shahabat Nabi shallallahu’alaihi wasallam sepakat bahwa hukuman bagi para pelaku homoseks adalah dibunuh. Tidak ada perselisahan dalam hal ini. Namun sebagian orang menyangka bahwa para shahabat berbeda pendapat dalam membunuh pelaku homoseks sehingga mereka menyimpulkan bahwa pelaku homoseks merupakan masalah yang diperselisahkan. Hanya saja mereka berbeda pendapat tentang bagaimana cara penerapan hukuman mati terdapat pelaku homoseks.

5. Pelaku homoseks mendapatkan laknat dari Allah Ta’ala dengan laknat yang keras.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 لَعَنَ اللهُ من عمِلَ عَمَلَ قومِ لُوطٍ، لعَنَ اللهُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قوْمِ لوطٍ، لعَنَ اللهُ مَنْ عَمِلَ عَمَلَ قومِ لوطٍ 

Allah melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Luth, Allah melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.”(35)

Laknat tiga kali dalam satu hadits tidaklah terdapat untuk pelaku zina. Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga melaknat sejumlah dosa besar, tetapi tidak pernah malaknat lebih dari sekali. Namun perhatikanlah, bagaimana Allah melaknat pelaku homoseks tiga kali yang menunjukan akan kejelekan dosa tersebut.

Terapi Penyembuhan Dari Penyakit Homo Seks 

Hal itu berkisar pada dua jalan: (1) Mencegah faktor-faktor pendukung penyakit ini (2) Menghilangkan penyakit ini setelah mengenai. Adapun jalan pencegahan penyakit ini maka dilakukan dengan dua cara:
  1. Menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. 
  2. Menyibukkah diri dengan perkara-perkara yang bermanfaat, sehingga menjauhkannya dari dari terjerumus kedalam hal yang nista tersebut. 

 D.  AL-HUB (CINTA)

Islam mengakui adanya cinta dengan berbagai macamnya. Sebagiannya dipuji bahkan diwajibkan, sebagian lain adalah cinta terlarang.

1. Cinta Syar’i.

Ini adalah cinta tertinggi dan mulia yang diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap hamba-hambaNya yang beriman, yaitu cinta kepada Allah dan syariatNya, RasulNya dan sunahnya, mencintai Jihad dijalanNya , serta cinta kepada kebaikan dan pelaku kebaikan. Cinta terhadap mereka tidak boleh dikalahkan oleh yang lainnya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

 قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ 

“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah (9): 24)

Inilah cinta mulia yang tidak tergantikan oleh lainnya. Tidak cukup hanya pengakuan di mulut tetapi tidak ada pembuktian. Bukanlah cinta kalimat manis di lisan, tetapi cinta adalah pembuktian dengan perbuatan. Mengaku cinta Allah Ta’ala tetapi sering melupakan-Nya, melanggar perintah-Nya, dan melakukan larangan-Nya. Mengaku cinta Rasul-Nya tetapi asing terhadap sunahnya, tidak mengikuti petunjuknya, dan tidak ada gairah untuk membelanya ketika beliau dihina atau dihina sunnahnya.

Allah Ta’ala berfirman:

 قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ 

Katakanlah (hai Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran (3): 31)

2. Cinta Thabi’i (natural)

Ini adalah cinta tingkatan kedua yaitu cinta yang secara alami ada dalam jiwa setiap manusia. Baik dia muslim atau bukan, perasaan ini ada pada siapa saja. Cinta ini tidak tercela karena memang Allah ‘Azza wa Jalla titipkan kepada hati manusia. Namun, cinta ini tidak boleh melebihi dan mengalahkan cinta syar’i. Di sisi lain, hendaknya kita sederhana terhadapnya tidak berlebihan, karena cinta ini hanya sesuatu yang boleh-boleh saja. Jika cinta ini telah melebihi cinta syar’i, lebih mementingkan ini disbanding Allah dan rasulNya, maka menjadi terlarang sebagaimana ayat di atas. Di sisi lain, cinta thabi’i tidaklah dipuji, sebab dia memiliki potensi melalaikan Allah dan rasulNya.

Contoh cinta ini adalah mencintai isteri, suami, anak, orang tua, saudara, kawan, pekerjaan, kekayaan, makanan, pakaian, tempat tinggal, tanah kelahiran, dan hal-hal yang alami ada di kehidupan manusia secara umum.

Ada pun berbakti kepada kedua orang tua adalah wajib, menghormati saudara sesama muslim adalah wajib, bekerja mencari nafkah halal adalah wajib bagi laki-laki, namun kewajiban harus dilaksanakan baik dengan cinta atau tidak. Maka, mencintai orang tua, saudara, dan pekerjaan adalah hal lain. Sebab cinta atau tidak kita harus tetap menghormati mereka, dan tetap harus mencari nafkah.

Allah Ta’ala berfirman:

 زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran (3): 14)

3. Cinta fasadi (merusak)

Ini adalah tingkatan terendah dari semuanya yakni mencintai kemaksiatan dan membanggakannya. Tidak malu berbuat buruk, berkata kotor, justru menjadi bagian hidupnya. Judi, mabuk, zina, mencuri, dan menjadi candu yang jika ditinggalkan dia merasa ‘kurang hidup’. Ini merupakan cinta yang rendah dan hina. Saat itu tak ada bedanya manusia dengan hewan, bahkan lebih sesat lagi.

Allah Ta’ala berfirman:

 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ 

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf (7): 179)

Nah, setelah kita mengatahui mAcam-macam cinta, kita dapat mengevaluasi diri; pada tingkatan mana cinta kita berada?

 ♥ AL-‘ISYQU (MABUK ASMARA)

Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mirdan (anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth

Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina “.Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?” Luth berkata: “Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”. (Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. [Al-Hijr: 68-72]

Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas sesungguhnya suami Barirah adalah seorang budak yang bernama Mughits. Aku ingat bagaimana Mughits mengikuti Barirah kemana dia pergi sambil menangis (karena mengharapkan cinta Barirah, pent). Air matanya mengalir membasahi jenggotnya. Nabi bersabda kepada pamannya, Abbas, “Wahai Abbas, tidakkah engkau heran betapa besar rasa cinta Mughits kepada Barirah namun betapa besar pula kebencian Barirah kepada Mughits.” Nabi bersabda kepada Barirah, “Andai engkau mau kembali kepada Mughits?!” Barirah mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?” Nabi bersabda, “Aku hanya ingin menjadi perantara.” Barirah mengatakan, “Aku sudah tidak lagi membutuhkannya”(36)

Virus hati yang bernama cinta (kasmaran) ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. 

Jenis Manusia Yang Berpotensi Terjangkit Penyakit Ini 

Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa mahabbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini, sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih” [Yusuf : 24]

Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan keji.Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .

Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman mengenai Ibu Nabi Musa:

Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya” [Al-Qasas :11]

Karena cintanya ibunya Nabi Musa terhadapnya hampir-hampir ia memberitahu kalau bayi itu adalah anaknya, hal itu terjadi di saat hatinya kosong.

Bagaimana Proses Menjalarnya Virus Ini? ♥ .......♥

Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab,

  • Pertama : Karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. 
  • Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. 


TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ

Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai berikut:

 1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat yaitu dengan menikah, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah maka hendaklah dia menikah , barang siap yang belum mampu maka hendaklah berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina).”(37)

 2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang menuju orang yang dikasihinya, dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras? Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup karena larangan syariat, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.

 3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal, pertama: karena takut (kepada Allah), Kedua: keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu:gagal dalam mendapatkan kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang dicinta.Dia akan bepikir bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

 4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.

 5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya dampat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari keindahannya. Sebab sebagaiman kecantikan adalah faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya.

 6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya, hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri dihadapan-Nya.

Wallahu Waliyyut Taufiq.

♥♥♥
Diringkas dari Kitab Ad-Daa’ Wad Dawaa’ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah رحمه الله  Dengan Beberapa Tambahan Dari Sumber Lain.

Makalah Ustadz Abul Abbas Thabrani (Alumnus Darul Hadits Yaman, Pimpinan Pondok Pesantren Imam Syafi’i, Pekalongan, Jawa Tengah)sewaktu dauroh di Padang

-------------
(1) Al-Musnad: 6/204. Hadits ini bisa dijadikan sebagi hujjah dengan selurh syawahid (penguat-penguatnya). Lihat Ash-Shahihah: no. 1372. 
(2) Al-Musnad: 7/278, Abu Dawaud: no. 4297. Dan di Shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’: no. 5231.
(3) HR. Ahmad: 3/224. Dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani didalam As-Shahihah: no. 2411.
(4) HR. Ibnu Majah: no. 4019 dengan sanad yang hasan. Lihat Ash-Shahihah: no. 106.
(5) HR. Abu Dawud: no. 3426. Sanadnya dnyatakan kuat oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah [Majmu’ Al-Fatawa: 29/30], dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani didalam As-Shahihah: no. 11.
(6) HR. Ath-Thabrani: no. 10992. Al-Mundziri berkomentar, “Sanadnya mendekati hasan sebab ia memiliki beberapa penguat.” (At-Targhib: 1/271). Hadits ini di shahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: no. 107.
(7) Al-Musnad: 1/2 dan 7, At-Tirmidzi: no. 3057, Abu Dawud: no. 4171, Ibnu Majah: no. 4005. Lihat Ash-Shahihah: no. 1564.
(8) HR. Bukhari: no. 3267 dan Muslim: no. 2989.
(9)
(10) HR. Bukhari: no. 3295 dan Muslim: no. 2242. dan karunia Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.
(11) Diwaan Asy-Syafi’i: hal. 54.
(12) Orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa.
(13) HR. Bukhari: no. 5721 dan Muslim: no. 2990.
(14) Shahih Bukhori: no. 5949.
(15) Dikeluarkan oleh Al-Baihaqi didalam syu’abul Iman: no. 7479 dan Ibnu Abid Dunya didalam Al-‘Uqubat: no. 269.
(16) HR. Ahmad: 2/50, dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani didalam Shahihul Jami’: no. 2831.
(17) Hilyatul Auliya’: 3/196.
(18 Hilyatul Auliya’: 2/351, Al-Uqubaat, Ibnu Abid Dunyaa: no. 70.
(19 Tafsir Ibnu Katsir: 3/576.
(20) Taisir Al-Karimur Rahman: hal. 759.
(21) Taisir Al-Karimurrahman: hal. 298.
(22) HR. Muslim: no. 87.
(23) HR. Bukhari: no. 5769.
(24) HR. At-Tirmidzi: no. 2004. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: no. 977.
(25) Orang yang sudah menikah, baik statusnya masih menikah atau sudah cerai.
(26) Maksudnya membunuh seorang muslim tanpa hak.
(27) HR. Bukhari: no. 6484 dan Muslim: no. 1676 dari Abdullah bin Mas’ud.
(28) Shahih Bukhari: no. 3849.
(29) HR. Bukhari: no. 80 dan Muslim: no. 2671.
(30) Majma’uz Zawaa’id: 4/104.
(31) Shahih Abu Dawud: no. 3725.
(32) HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albani didalam Ash-Shahihah: no. 106.
(33) HR. Bukhari: no. 6772.
(34) HR. Ahmad: 1/300, Ath-Thimidzi: no. 1456, Abu Dawud: no. 4462, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani didadalam Irwa’ul Ghalil: no. 2350.
(35) HR. Ahmad: 1/39, Abu Ya’la: no. 2539, dan dishahihkan oleh syaikh Albani didalam Shahih At-Targhib: no. 2422.
(36) HR. Bukhari: no. 52
(37) HR. Bukhari: no. 5065 dan Muslim: no. 1401.

Post a Comment for "Dampak Negatif Dosa Dan Maksiat"