Syarah Kitab Minhajus Salikin-1




بسم الله الرحمن الرحيم

شـرح


منهج السـالكين

وتوضيح الفقه في الدين

للعلامة عبد الرحمن بن ناصر السعدي 1376 هـ.


بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد :

فهذا شرح كتاب منهج السالكين في توضيح الفقه في الدين للعلامة عبد الرحمن السعدي رحمه الله ،

قمت بشرحه في مدينة رفحاء ضمن الدورة العلمية الأولى التي أقامها مكتب الدعوة والإرشاد برفحاء .

أسال الله العظيم رب العرش العظيم أن يرزقنا العلم النافع ، والعلم الصالح

أخوكم

سليمان بن محمد اللهيميد

السعودية – رفحاء

الموقع على الانترنت – مجلة رياض المتقين

www.almotaqeen.net

*********************************************************

Pengantar Penerjemah :

  • Tulisan ini sebagai alih bahasa.
  • Kami runtutkan penisbahan surat dan ayat.
  • Kami runtutkan penghukuman hadits kepada Syaikh al Albani; kecuali hadits yang dikeluarkan dalam Sahihain.
  • Kami berikan komentar pada catatan kaki sebagai tambahan faidah.

********************************************************

ترجمة مختصرة للمؤلف رحمه الله

Biografi Singkat Penulis Kitab

(Dengan Diringkas)


Dia Abu Abdillah, Abdurrohman bin Nashir bin Abdillah As-Sa’diy.

- Lahir di Unaizah 1307 H.

- Mulai mengajar pada usia 23 tahun

- Pada Tahun 1350 H mulai menjadi rujukan manusia dalam ilmu dan fatwa.

Diantara Muridnya :

  • Syaikh abdulloh Al Bassam.
  • Syaikh Hammad Al Qhodiy.
  • Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
  • dan yang lain-lainnya.

Karya Tulisnya – Diantaranya – :

  1. Taudihul Ahkam Syarh Bulughul Marrom karya Ibnu Hajar As Syafi’i.
  2. Al Qowa’idul Hisan li Tafsiril Qur’an.
  3. Bahjatu Qulubil Abror.
  4. Al Qaulus Sadid fi Maqhosidit Tauhid.
  5. Taisir Karimil Manan fi Tafsir Kalami Ar Rohman.
  6. Manhajus Salikin wa Taudihul Fiqhi fid Dien. (Yaitu kitab ini)
  7. dan yang lain-lainnya.

Wafatnya :

Beliau meninggal pada waktu fajar di hari Kamis, 23/6/1376 H, pada usia 69 tahun. Rahimahulloh rohmatan wasi’atan.

******

Matan :

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan nama Alloh yang Maha pengasih Lagi Maha Penyayang

Syarh Syaikh Sulaiman bin Muhammad Al Luhaimid hafidzohulloh :

Penulis memulai tulisannya dengan bismilah :

  • Mengikuti kitabulloh al-‘adzim
  • Mencontoh nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam tulisan dan surat-menyuratnya. Sebagimana dalam surat beliau kepada Hiroql, di dalamnya terdapat tulisan : “Dengan nama Alloh yang maha pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad bin Abdillah, dan RosulNya kepada Hiroql pemimpin Romawi”.
  • Tabaruq dengannya[1].


Matan :

م / اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَتُوبُ إِلَيْهِ, وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِ اَللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ , وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ, وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ . أَمَّا بَعْدُ :

Seluruh pujian hanya kepunyaan Alloh, kami memuji, memohon petolongan, memphon ampunan dan bertaubat hanya kepadaNya. Demikian jua kami berlindung kepada-Nya dari buruk dan jeleknya jiwa serta perbuatan kami. Barangsiapa yang Alloh telah memberikan hidayah kepadanya, maka tidak akan ada yang bia menyesatkannya. Dan barangsiapa yang telah disesatkan, maka tidak akan ada yang bisa memberikan hidayah kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi selain Alloh semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku besaksi bahwa Muhammad merupakan hamba dan utusan-Nya. Sholawat dan salam atasnya dan para pengikutnya. Amma ba’du.

Syarah Syaikh Sulaiman hafidzohulloh :

(اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ)[2] : Penulis memulai kitabnya dengan memuji kepada Alloh dikarenakan beberapa sebab :

  1. Mengikuti kitabulloh, karena surat pertama di dalam al-Qur’an dimulai dengan (الحمد لله رب العالمين)Segala puji bagi Alloh Robb semesta Alam’. (QS. Al Fatihah : 1).
  2. Mencontoh nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau senantiasa memulai khutbahnya [baik yang rotibah atau pun ‘aridlhoh ‘insidental’] dengan hamdalah ‘memuji kepada Alloh’.

(اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ) : Al-hamdu ‘pujian’ adalah : Mensifati yang di puji dengan kesempurnaan disertai kecintaan dan pengagungan.

(لله َلْحَمْدُ) : Huruf ‘alif’ dan ‘lam’ untuk menunjukan istighroq; yakni seluruh pujian hanya bagi Alloh . Dalam sebuah hadits Nabi sholallohu ‘alaihi wassalam bersabda :


لك الحمد كله

Seluruh pujian hanya bagi-Mu’. (Mutafaq ‘alaih). Dan kalimat (نحمده) ‘kami memujiNya’ merupakan kalimat penegas (jumlatu taukidin) bagi perkataannya (الحمد لله) ‘Segala puji bagi Alloh’.

(ونستعينه)Dan kami memohon pertolongan kepadaNya’ : Yakni kami memohon pertolongan dari Alloh Tabaroka wa Ta’ala. Sebagiman firman Alloh Ta’ala : (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)Hanya kepadaMu kami beribadah dan memohon pertolongan’. (QS. Al Fatihah : 4).

Ibnu Katsir berkata : “Yaitu : Kami tidak beribadah dan bertawakal kecuali hanya kepadaMu, demikan itu merupakan sempurnanya keta’atan. Dien seluruhnya kembali pada dua makna ini …, maka yang pertama berlepas diri dari syirik, dan yang kedua berlepas diri dari daya upaya dan kekuatan serta mengembalikannya kepada Alloh Azza wa Jalla”.

Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata : “Perkataan yang sering aku dengar dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah ungkapan (إياك نعبد) ‘Hanya kepadamu kami beribadah’ ‘menolak riya’ (وإياك نستعين) ‘Dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan’ ‘menghilangkan kesombongan’.

Maka wajib atas setiap Muslim untuk memohon pertolongan kepada Alloh; terus menerus dan selama-lamanya. Bahkan do’a terbesar dalam permintaan adalah memohon pertolongan dari Alloh. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’ad rodhiyallohu ‘anhu :

إني أحبك في الله ، فلا تدعن دبر كل صلاة أن تقول : اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

Aku mencintaimu fillah, maka janganlah engkau tinggalkan pada setiap akhir sholat untuk mengatakan : Ya Alloh, bantulah aku untuk senantiasa mengingatMu, mensyukuri nikmatMu dan baik dalam beribadah kepadaMu”. (HR. Abu Daud)[3].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Aku merenungkan tentang do’a yang paling bermanfa’at, ternyata ia adalah memohon pertolongan untuk mendapat keridlhoanNya, kemudian aku mendapatkannya dalam surat al Fatihah, dalam ayat (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)Hanya kepadaMu kami beribadah dan memohon pertolongan’.

(ونستغفره) ‘Dan kami memohon ampunan dosa kepadaNya’, Yakni kami meminta pengampunan dosa. Maknanya : Menutupi dosa tersebut dan menghapuskannya.

Istighfar/memohon ampunan bisa dilakukan dengan dua cara :
- Memohon pengampunan dosa dengan lafadz/ucapan, seperti mengatakan : Ya Alloh, ampunilah aku (اللهم اغفر لي). Atau ucapan aku memohon ampun kepadamu (أستغفر الله).

- Memohon ampunan dengan mengerjakan amal shalih yang akan menjadi sebab [diampuni dan dihapuskannya dosa tersebut].

Tatkala kita memohon ampun atas dosa-dosa kita maka ketahuilah !, ia merupakan bentuk pelaksanaan terhadap perintah Alloh Azza wa Jalla.
Alloh Ta’ala berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ. الزمر:53

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar : 53).

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. (QS. Ali Imron : 135)

Dan dalam hadits Qudsi disebutkan :

فاستغفروني أغفر لكم

Maka memohon ampunlah kepadaku, pasti aku akan mengampuni kalian”.

Alloh Ta’ala berfirman : “Dan memohon ampun lah atas dosamu!”. (QS. Muhammad : 19).

Alloh Ta’ala berfirman : “Dan memohon ampunlah kepada Alloh !, sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisa : 106).

Alloh Ta’ala berfirman :

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat”. (QS. An Nashr : 3).

Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

إني لأستغفر الله في اليوم مائة مرة . رواه مسلم

Aku benar-benar memohon ampun kepada Alloh setiap harinya sebanyak seratus kali”. (HR. Muslim).

والله إني لأستغفر الله وأتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرة. رواه البخاري

Demi Alloh, aku benar-benar memohon ampun kepada Alloh dan bertaubat kepadaNya pada seharinya lebih dari tujuh puluh kali”. (HR. Bukhori].

(ونتوب إليه) ‘Dan kami bertaubat kepadaNya’. Yakni kami kembali kepada Alloh dari dosa-dosa kami, dan dari kekurangan kami. Dan kami meninggalkan maksiat dan dosa kepada keta’atan.

Alloh Ta’ala telah memerintahkan taubat dan memuji pelakunya.

Taubat merupakan sebab keberuntungan dan kebahagian di dua negri, Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An Nur : 31).

Taubat menghapuskan kejelekan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At Tahrim : 8).

Taubat menggantikan kejelekan menjadi kebaikan :

Alloh Ta’ala berfirman :

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Furqon : 70). Ini merupakan kabar gembira terbesar bagi orang-orang yang bertaubat.

Taubat merupakan sebab didapatkanya kenikmatan yang terus menerus :

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang tah ditentukan “ (QS. Huud : 3).

Alloh Ta’ala berfirman –Hud berkata kepada kaumnya – :

( وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلْ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ )

Dan (Dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Huud : 52).

Alloh Ta’ala berfirman –tentang perkataan Nuh ‘alaihissalam kepada kaumnya– :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً (10) يُرْسِلْ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَاراً

Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (QS. Nuh : 10-12).

Alloh Ta’ala mencintai taubat dan orang-orang yang bertaubat :

Alloh Ta’ala berfirman :

( إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ )

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al Baqoroh : 222).

Alloh gembira dengan taubatnya orang yang bertaubat :

“للهُ أفرحُ بتوبةِ عبده من أحدِكم سقط على بعيرهِ وقد أضله في أرضٍ فلاة “ متفق عليه .

Alloh sangat bergembira dengan taubat hambanya, daripada salah seorang kalian yang kehilangan kendaraannya di padang sahara”. (Mutafaq ‘alaih).

Syarat sah taubat :

  • Berhenti dari berbuat dosa.
  • Menyesal dari perbuatan tersebut.
  • Bertekad untuk tidak mengulaingi perbuatan dosa tersebut; selama-lamanya.
  • Dilakukan pada waktu diterimanya taubat. Demikian itu sebelum terbit matahari dari arah barat dan sebelum datangnya kematian. Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba sebelum nafas di kerongkongan”. (HR. Tirmidzi).
  • Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak manusia maka wajib untuk mengembalikannya; Jika berbentuk harta. Adapun jika berbentuk ghibah maka cukup dengan memohinkan ampun bagi orang tersebut.

(ونعوذ بالله من شرور أنفسنا) ‘Dan kami berlindung kepada Alloh dari kejelakan jiwa kami’. Yakni kami berlindung kepada Alloh dari jeleknya jiwa kami. Sungguh jiwa memiliki kejelekan, sebagimana Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman :

(وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي )

Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”. (QS. Yusuf : 53).

Dalam hadits ‘Imron bin Husain  :


أن النبي علم أبا حصَيْناً كلمتين يدعو بهما : اللهم ألهمني رشدي ، وأعِذني من شر نفسي . واه الترمذي

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengajari Aba Hushain dengan dua kalimat, supaya dia berdo’a dengan : Wahai Alloh ilhamkan kepadaku petunjuk dan lindungilah akau dari jeleknya jiwaku”. (HR. Tirmidzi)[4].

Dalam hadits Zaid bin Arqom, dia berkata :

( كان النبي يقول : اللهم إني أعوذ بك من علم لا ينفع ، …. ومن نفس لا تشبع )

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ‘Ya Alloh, aku berlindung kepada Mu dari ilmu yang tidak bermanfa’at, … dan dari jiwa yang tidak merasa kenyang”. (HR. Muslim).

Dari jeleknya jiwa : Malas melaksanakan keta’atan atau memotivasi kepada kemaksiatan.

(وسيئات أعمالنا) ‘Dari jeleknya amal kami’. Yakni kami berlindung kepada Alloh dari jeleknya amal-amal kami, karena amal yang jelek menimbulkan efek jelek bagi individu dan masyarakat. Alloh Azza wa Jalla berfirman :

(فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظّاً مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ) .

(tetapi) Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka Telah diperingatkan dengannya”. (QS. Al Maidah : 14).

Alloh Ta’ala berfirman :

(ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ).

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Ruum : 41).

Alloh Ta’ala berfirman :

(فَكُلّاً أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ ) .

Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya”. (QS. Al Ankabut : 40).

ما منع قوم زكاةَ أموالهم إلا منعوا القطر من السماء . رواه ابن ماجه

Tidaklah suatu kaum menahan zakat harta mereka, kecuali telah mencegah hujan dari langit”. (HR. Ibnu Majah)[5].

(من يهدى الله فلا مضل له) ‘Barangsiapa yang telah mendapat hidayah dari Alloh, maka tidak akan ada yang bisa menyesatkannya’[6]. Yakni : Barangsiapa yang telah Alloh taqdirkan untuk mendapat hidayahNya, maka sekali-kali tidak akan ada seorang pun yang bisa menyesatkannya; bagaimanapun kedudukan dan keadaan dia.

Dari kalimat ini mewajibkan manusia untuk tidak memohon hidayah kecuali dari Alloh; disertai meniti sebab-sebabnya.

(ومن يضلل فلا هادى له) ‘Barangsiapa yang telah Alloh sesatkan, maka tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepadanya”. Yakni : Barangsiapa yang telah ditaqdirkan Alloh untuk tersesat – dengan hikmahNya –, maka tidak mungkin ada seorang pun yang memberikan petunjuk kepadanya. Lihatlah paman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam !, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mampu untuk memberikan hidayah[7] kepadanya.

Alloh Ta’ala berfirman :

وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئاً أُولَئِكَ الَّذِينَ لمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. (QS. Al Maidah : 41).

(وأشهد أن لا إله إلا الله) ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada yang diibadahi dengan benar selain Alloh’. Yakni : Meyakni dengan hatiku, diucapkan dengan lisanku; pembenaran seseorang yang menyaksikan. Bahwa tidak ada yang diibadahi dengan benar selain Alloh, sebagimana friman Alloh Ta’ala :

(ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ )

Demikianlah, karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil”. (QS. Luqman : 30).

(ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ )

(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, dialah (Tuhan) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil”. (QS. Al Haj : 62).

Pendapat yang menyatakan (لا إله موجود إلا الله) ‘Tidak ada sesembahan yang ada kecuali Alloh’ merupakan pernyataan yang salah. Karena disana terdapat sesembahan-sesembahan selain Alloh yang diibadahi dan dinamakan ilah (tuhan). Sebagimana firman Alloh Jalla wa A'laa :

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آَلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ

Dan kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, Karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka”. (QS. Huud : 101).

(وأن محمداً) ‘Dan Muhammad’. Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdil Mutholib bin Hasyim, penutup para Nabi.

(عبده) ‘Hamba-Nya’. Maka beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memiliki sifat Rububiyah dan Uluhiyah sedikit pun. Hanya saja beliau seorang hamba. Seluruh karakteristik kemanusiaan beliau memilikinya, kecuali sesuatu yang kembali pada akhlaq yang tercela, maka ini terlarang darinya r.

Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman :

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah “. (QS. Al ‘Arof : 188).

Alloh Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا

Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan”. (QS. Al Jin : 21).

Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam manusia seperti kita, kecuali telah diwahyukan kepadanya. Alloh Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. (QS. Al Kahfi : 110).

Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah mensifatinya dengan ‘ubudiyyah di tempat kedudukan yang tinggi :

(a). Tatkala isro, (b). Tatkala beliau menunaikan dakwah, (c). Tatkala Alloh menantang orang kafir untuk mendatangkan yang semisal al Qur’an.

Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

لا تطروني كما أطرت النصارى المسيح . رواه البخاري

Janganlah berlebih-lebihan dalam menyanjungku, sebagimana berlebih-lebihannya orang Nashroni dengan Al Masih”. (HR. Bukhori).

Bahkan Alloh Ta’ala mensipati para Rosul di tempat kedudukan yang paling tinggi, dan dalam konteks pujian pada mereka. Alloh Ta’ala berfirman tentang Nuh ‘alaihissalam :

إنه كان عبداً شكوراً

Sesungguhnya Nuh merupakan hamba yang pandai bersyukur”. (QS. Al Isro : 3).

Alloh berfirman mengenai Ibrohim, Ishaq dan Ya’qub ‘alaihimussalam :

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang Tinggi”. (QS. Shaad : 45).

Dan berfirman tentang ‘Isa bin Maryam :

إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya nikmat (kenabian)”. (QS. Az Zukhruf : 59).

(ورسوله) ‘Dan RosulNya’. Yakni : Bahwa Muhammad merupakan utusan Alloh kepada seluruh manusia. Alloh Ta’ala berfirman :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ

Muhammad merupakan utusan Alloh”. (QS. Al Fath : 29).

Alloh Ta’ala berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ

Tidaklah Kami mengutus mu kecuali kepada seluruh Manusia”. (QS. Saba : 29).

Alloh Ta’ala berfirman :

وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS. An Nisa : 79)

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أعطيت خمساً لم يعطهن أحد من الأنبياء قبلي : نصرت بالرعب مسيرة شهر ، … وكان النبي يبعث إلى قومه خاصة وبعثت إلى الناس عامة. متفق عليه

Aku diberikan lima perkara yang para nabi sebelumku tidak dikarunianya : Aku ditolong dengan rasa takut (pada musuh-musuhku) sejauh satu bula perjalanan, … para nabi sebelumku di utus kepada kaumnya secara khusus, dan aku di utus kepada seluruh manusia”. (Mutafaq ‘alaihi).

Konsekwensi persaksian ini adalah mengatakan dengan lisan dan mengimani dengan hati, bahwa Muhammad bin Abdilah al Qurosiy merupakan utusan Alloh kepada seluruh makhluk dari Jin dan Manusia.
Diantara konsekwensinya pula membenarkan kabar Rosululloh, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan Alloh tidak diibadahi kecuali dengan sesuatu yang telah disyari’atkannya.
(صلى الله عليه وعلى آله وسلم) ‘Sholawat Alloh serta salam atasnya dan para pengikutnya”. Makna sholawat Alloh atas nabiNya adalah sanjunganNya dihadapan para Malaikat. Sebagaimana Abu ‘Aliyah berkata : “Sholawat Alloh adalah sanjunganNya dihadapan para Malaikat”.

(وعلى آله) ‘Dan atas keluarganya’. Yang dimaksud dengan () di sini adalah seluruh pengikutnya dalam agamanya; dari kerabatnya dan yang lainnya. Sebagaiman firman Alloh tentang Fir’aun :

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS. Ghofir : 46). Yakni para pengikut Fir’aun.

Jika disebutkan (الآل) ‘al-Al’ dan (الصحب) ‘Sahabat’, maka makna al-Al adalah kerabatnya yang beriman; adapun yang tidak beriman maka bukan bagian dari kerabatnya. Karena Alloh Ta’ala berfirman kepada Nuh tentang anaknya:

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ

Alloh berfirman : Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan bagian dari keluargamu”. (QS. Huud : 46). Padahal ia anak darah dagingnya.

(أما بعد) ‘Amma ba’du’[8]. Ini merupakan kata yang didatangkan untuk masuk pada inti pembahasan.

Perkataan sebagian ulama bahwa ia dikatakan untuk berpindah dari satu ushlub ke ushlub yang lain merupakan perkataan yang lemah.
***

[1] Syaikh Sulaiman dalam pelajaran Syarh Manhajus Salikin (Rekaman MP3) memberikan contoh berkahnya bismillah, diantaranya :
a. Jika sembelihan dengan mengucapkan bismillah maka menjadi halal untuk dimakan, jika tidak maka ia hanya bangkai yang najis.
b. Jika makan dengan membaca bismillah terlebih dahulu maka Syaithan tidak ikut makan, jika tidak maka syaithon ikut serta makan.
c. Jika pintu rumah ditutup sambil membaca bismillah maka syaithon tidak masuk serta tidak menginap di rumah, jika tidak maka ikut serta dan ikut menginap.
[2] Penulis memulai kitabnya dengan khutbatul hajah; Sebagaimana dikutif dalam hadits Ibnu Mas’ud rodiyallohu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Ahlu Sunan, dari nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Jika salah seorang dari kalian memiliki keperluan maka katakanlah : ‘Segala puji bagi Alloh, kami memujiNya, memohon pertolongan kepadaNya …’”. Kebanyakan para ulama memulai kitab-kitab mereka dengan khutbah ini, demikian menunaikan perintah yang terdapat dalam hadits ini. Akan tetapi boleh pula memulai dengan yang lainnya.

Sebagian para ulama berkata, kalau tulisan maka dimulai dengan bismillah. Sedangkan khutbah dimulai dengan hamdalah.

[3] Sahih; Sahih Sunan Abi Daud.

[4] Dlho’if; Sahih dan dlho’if At Tirmidzi, Al Misykah (2476), Dlho’if Al Jami’ As Shogir (4098).

[5] Hasan; Silsilah As Shahihah.

[6] . Ini iqtibas dari firman Alloh Ta’ala “Dan siapa yang disesatkan Allah Maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya”. QS. Az-Zumar : 36-37.

[7] yakni hidayah taufiq –penj.

[8] Para ulama berbeda pendapat tentang yang pertama mengatakannya; ada yang berpendapat Adam, Daud dan yang lainnya.

Sebagian ulama berkata : Demikianlah semestinya; tidak mengganti dengan wa ba’du, karena dalam semua riwayat tentang masalah ini hanya dengan lafadz amma ba’du; tidak dengan yang lainnya. Sebagik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wa sallam.

bersambung...

by: Novi Effendi Blog
Artikel: http://sunande.wordpress.com/

Post a Comment for "Syarah Kitab Minhajus Salikin-1"